Minggu, 26 Maret 2006

Filosofi Perempuan Berjilbab

Menurutku, perempuan berhijab itu ibaratnya makanan lezat yang tertutup rapat, agar lalat-lalat yang membawa berbagai macam penyakit tidak mengerumuninya. Jilbab yang benar akan setia menaungi wajahnya yang teduh, mengayomi dari segala kejelekan.

Kenapa aku lebih memilih menggunakan kata 'perempuan' daripada 'wanita'? Coba tebak sendiri! - dream blog -

Rabu, 15 Maret 2006

Sejarah Hari Valentine

Hari valentine, yang dirayakan tiap tanggal 14 februari adalah suatu perayaan yang diadopsi dari budaya paganisme orang-orang paganis pada jaman romawi kuno. Penjelasan sejarah Hari Kasih Sayang bisa dibaca pada artikel ini.

Beberapa versi sebab-musabab dirayakannya hari Kasih sayang ini (Valentine's Day), dalam The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine's Day.


1. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! . Layaknya seorang muslim segera bertaubat mengucap istighfar, "Astaghfirullah", wa naudzubillahi min dzalik. (Dari berbagai sumber).

Sumber di SINI.

Rayain hari valentine? mending molor. - dream blog -

Selasa, 07 Maret 2006

Menangkap Bintang

Samar-samar kuingat, suatu malam saat aku masih kecil dan belum mampu berbahasa dengan baik. Saat itu mungkin aku rewel, sehingga aku digendong keluar teras depan rumah oleh seseorang dewasa. Aku tidak ingat betul siapa yang menggendongku. Mungkin karena terlalu banyak yang bergantian menggendongku, sampai-sampai aku mengira semua orang adalah ibu.


Tapi aku yakin bukan Ibu yang menggendongku keluar malam itu. Aku tahu dia tidak berminat untuk membawaku keluar rumah malam-malam dimana udaranya lebih dingin. Kupikir bukan pula Ayah. Aku tahu betul kalau dia yang menggendongku. Dia akan memegang tubuh kecilku dengan kedua tangannya dan mulai mengangkatku ke atas atau berputar-putar sambil meledekiku dengan senyumnya yang lebar. Tapi malam itu tidak. Yang kuingat hanyalah senandung-senandung dan suara yang mencoba menenangkanku. Suara yang mungkin mencoba mengajakku berbicara, menjelaskan sesuatu sambil menunjuk ke atas, dan aku pun menengadah ke atas mengikuti arah mana dia ingin menunjukkan sesuatu.

Malam itu memang langit bersih tak berawan, bintang-bintang bersinar terang berkerlap-kerlip mengundang ketakjubanku. Seakan-akan membentuk suatu bentuk kombinasi wajah keibuan yang mengingatkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meringkuk dalam momongan yang mengayomi, sambil mendengar senandung merdu dan menyaksikan keindahan bintang.

Aku mengangkat tanganku ke atas dan kudekatkan ke arah bintang yang paling terang dari sudut pandangku. Kukepalkan tanganku, kugenggam erat-erat bintang itu, kemudian kudekatkan genggamanku tepat di depan wajahku. Kubuka perlahan-lahan genggamanku, namun aku kecewa karena di situ tidak ada bintang. Ia tetap di sana, berkedip-kedip, menggodaku untuk mencoba kembali melakukan hal terbodoh seumur hidupku: menangkap bintang.

Aku tidak ingin menjadi awan. Aku ingin menjadi bintang yang bersinar di langit malam. Bintang yang paling terang di antara bintang-bintang redup lainnya.