Jumat, 29 November 2013

Berguru‬ Pada Ikan

Busuknya ikan dimulai dari kepala, bukan ekor. Pemimpin harus sadar posisi.

Berenang di kolam besar sebagai ikan kecil, atau berenang di kolam kecil sebagai ikan besar. Pilihan di tangan kita, besarnya mau seperti apa.

Bagai ikan laut terdampar ke sungai, bagai ikan tawar terasing dilaut. Habitat hidup, menentukan gairah hidup.

Meski ikan laut hidup di air asin, tapi dagingnya dimakan tak jadi asin. Meski ikan laut hidup di air asin, tapi perlu usaha untuk disebut ikan asin.

Menjadi berarti lebih dari yang dikenal, berusaha lebih dari yang ada.

Hiduplah, dan berhenti menjadi sekedar ada.

Di kolam yang baru, di kolam yang baru.

Jumat, 22 November 2013

Tangga Menuju Surga

Tangga batu, kering berdebu. Mendaki merayapi tebing terjal, puncaknya lenyap berselimut awan.
Tangga batu, pecah dan longsor. Ditaburi pasir dan kerikil. Tangga batu, menuju surga.

Seorang muda mendaki menapaki batu-batunya, menjejakkan kaki di permukaan tiap bongkahan batu. Batu tajam melukai kulit terbakar matahari, diliapisi peluh dan debu, bebatuan tergelincir dari tempatnya - menjegal tubuh terperosok di tepian curamnya jurang. Anak tangga demi anak tangga, langkah demi langkah, memacu detak jantung dan nafas yang semakin tersengal.

Ini adalah tangga menuju surga. Tangga bagi dia yang ingin mendapatkan surga di puncak tertinggi yang hilang tertutup awan. Tangga bagi dia yang berani menapaki batu-batunya yang tua dan rapuh, yang ingin mengejar mimpi-mimpi terliar tentang surga.

Cakrawala merendah dan kemudian menghilang dalam kabut, debu dan batu membeku dalam kekeringan. Kaki yang terluka terus bergerak, bersama tangan menyeret badan merayap di antara bongkahan-bongkahan kaku. Memasuki awan mendekati puncak menjelang akhir tangga menuju surga, di puncak tebing yang menyentuh langit.

Ia tak lagi tampak muda. Dengan segala luka, debu, keringat, dan kotor yang membalut tubuhnya. Keriput menghiasi wajah yang tegar dan keras. Seorang manusia yang telah menempuh perjalanan jauh, melintasi batas hidup dan mati, mempertaruhkan jiwa, untuk mencapai surga. Kini di sanalah ia, berdiri terpaku di hadapan ujung tebing, di puncak terselimut awan. Menatap kekosongan langit dan sebongkah batu dengan gurat huruf-huruf.

"Mengapa kau cari surga?

Tidak ada surga di sini.

Ciptakan dan bangunlah surga di bawah sana."