Rabu, 30 April 2008

Too Bad

Dua hari lalu akhirnya aku mendapat panggilan kedua dari pihak Bank Danamon untuk ikut tes wawancara. Aku tidak bisa cerita banyak, aku cuma bisa bilang kalo hasil tes wawancaraku mengecewakan. Aku gugup, like a silly boy who didn't know what to say. Damn! Padahal suasana tempat wawancaranya nyaman (di perpustakaan bro, my fave place!) dengan pewawancara yang cantik dan bersahabat. Tapi kok tiba-tiba saja aku menjelma menjadi cowok bego. Too bad. Pokoknya payah.

Tapi ga papa lah. Jadikan itu pengalaman berharga. lagian, bagiku peristiwa itu bukanlah tempat pembuktian yang sebenarnya atas potensiku untuk berprestasi. Aku hanya sedikit kurang beruntung. That's all. Betapapun, aku tidak mau menyalahkan siapapun. Seperti pelajaran yang aku dapatkan dari pergaulan, orang picik selalu melemparkan kesalahan ke segala arah, kecuali ke arah yang benar; yaitu dirinya sendiri. Tapi aku tetap berharap semoga saja masih ada kesempatan kedua.

Satu lagi, setengah curhat nih, sebenarnya hasratku untuk mendapatkan pekerjaan sudah semakin menguat. Baru saja Ibunda menelpon, mengabari tentang kondisi di rumah. Aku menanyakan kondisi kesehatannya yang beberapa minggu lalu memburuk. Sekedar info, 2 minggu lalu Ibundaku datang ke Makassar untuk berobat ke ATFG (alat terapi bla bla bla) yang terapi pengobatan dari bandung itu lho. Katanya Bunda pegal-pegal, untuk shalat saja katanya setengah mati. Tau gak, kalo saja tu penderitaan bisa pindah ke aku, aku rela. Asal Ibu bisa sehat lagi seperti dulu.

Makanya itu, alangkah indahnya dan alangkah merasa bergunanya diri ini kalau saja aku bisa membiayai pengobatannya. Aku mau janji ah, kalo aku udah punya penghasilan nanti, aku mau sisihkan buat pengobatan bunda sampe sehat. Dan demi mendukung cita-cita ini, agaknya aku gak boleh cepet-cepet menikah seperti kakakku yang kerja di Timika, yang karenanya tidak bisa membantu Bunda secara maksimal karena penghasilannya teralihkan untuk biaya anak istrinya.