Minggu, 08 September 2013

Di Satu Sisi

Di satu sisi...
Dia model, cantik dan sexy. Anak mentri ini jadi bintang iklan produk mahal, gaulnya bukan TA, bukan PIM, tapi sebulan 2 kali nyebrang selat ke daratan singapura. Pakean jelas bermerek, made in indonesia hanya jadi kain pel saja. Kosmetik dan parfum Perancis, oleh-oleh mama tiap beberapa minggu. Warna bosen, harum ganti mode, atau merk udah ketinggalan, stock selalu bertambah, yang bikin penuh meja rias jelas adanya di tempat sampah. Sepatu, sandal delapan ratus keatas, delapan ratus-pun hanya 3 hari dipakai - malu. Sim A BMW atau Mata Baru tinggal pilih gantian bawa sama sopir pribadi lagi suka dipakai. Cantik, cantik, cantik. Sexy bikin perempuan lain ngaceng mata, dan bikin darah laki-laki muda mengalir deras seperti selokan di puncak meskipun darah laki-laki muda itu mengalir di pembuluh berumur 70 taun. Dia kuliah ekonomi, pintar, pintar memakai duit untuk mengoreksi daftar nilai. Ibu pengangguran bapa jendral bintang tiga, kuliah terjamin. Modal tampang kepala kosong jadi bintang iklan karena tampang dan kaya karena si bapak.

Di satu sisi...
Tuh cowok duduk di pinggir ranjang sprei putih - kusut. Bungkuk, batangan racun nikotin nancep di mulut, Marlboro original. Keringet turun di jidad, ke pipi, dada, perut, dia tanpa busana, bugil, telanjang. Tangannya megang penis, ngegulung lateks putih sisa pakai perang ranjang entah keberapa kali dengan ABG-ABG cantik hasil modelling. Di pinggir ABG cantik ketiduran capek, bayaran kagak penting, yang penting saling servis. Shopping ratus atau juta sudah biasa. Bapak ni cowok pengusaha minyak, jualan minyak tanpa pajak, tanpa bagi-bagi pemerintah; mentah-mentah masuk ke tanker asing. Uang segar masuk account bank di swiss. Uang jajan tiap bulan mengalir deras, jauh lebih deras dari aliran darah seorang perempuan yang sedang horny. Dan jajan-nya juga macem-macem. Cowok muda bekel ijazah SMU punya apartemen dan audi sendiri. Bikin duit sih kagak bisa, nyari apalagi, cuma nungguin duit ngocor dari toke - bapanya sendiri. Raja striker penjebol gawang ABG dengan kepala kosong yang rajin dicuci kramas di salon dan trendy kayak kambing mau disembelih.

Di satu sisi...
Malem minggu janjian temen ketemu di diskotik. Ni cewek dengan dianter supir pribadinya yang fasih menyupir jaguar. Cewek keluaran Pondok Indah jalan dengan sepatu hak tinggi - banget dan rok mini kurang bahan hingga tinggal singkap dikit terlihat sudah. Payudara baru jadi dipampangin kayak bumper big foot, make up seadanya apa yang ada di meja rias, secukupnya cukup untuk bikin toko bordir di depok pinggiran bangkrut kalau disuruh bayarin. Jalan asik dengan pacar laki-laki terbitan Kelapa Gading yang juga belum tau rasanya digamparin duit negatif. Yang dia tau cuma 4 hal yang bisa bikin harganya naik banyak: gaul, nyupir bmw, diskotik, dan bagaimana cara nyolokin penis ke lubang yang tepat. Kebaktian penutup di hotel atau mobil goyang jika tak tahan. Bapa-bapa mereka orang-orang berotak, cuma salah merilis anak tanpa otak yang bisanya cuma 4 hal tadi dengan perbedaan pada hal ke-empat, yang satu nyolok di lubang yang tepat, yang satu dicolok di lubang-lubang yang tepat.

Di satu sisi...
Jam satu malem, nongkrong di depan komputer. Bengong, cemberut ngeliatin layar monitor dengan musik mengalun pelan-pelan. Di dalem kamar mewah sekelas hotel bintang 5 setengah. CPU nyambung ke kotak dan kotak nyambung ke kabel dan nyambung lagi entah ke mana, broadband. Semaleman ngubek-ngubek bokep dari internet, tidak dicangkul, tidak dibajak, tapi dikeruk pake supertruck. Sekalian ngebuka yahoogroups, blogger, kaskus, bola, dan seterusnya. Pengusaha kaya emang, muda, cerdas, dan jujur. Hasil kerja keras belajar dan bekerja selama taunan. Hasil didikan keluarga yang baik, hasil tempaan keras tahan banting.

Di satu sisi...
Terbaring lemas, tangan terkulai dan perut agak buncit. Ibunya ketiduran di pinggirnya. Umur 6 taun dengan bibir sumbing dan busung lapar melanda tubuh. Belum lagi dengan kesembuhan dari leukimia yang menanti di ujung bulan, sembuh, sembuh untuk selama-lamanya, bahkan sembuh dari kehidupan. Lampu templok nempel di atas, nerangin dua manusia ini di dalam gubug kecil di pinggir Jakarta di pinggir rel kereta api dimana kakak dari anak itu diperkosa roda kereta api ekspress hingga hancur dan berceceran. Bapaknya ada jauh di luar, di dekat kota, sedang bengong di pinggir jalan memperhatikan sebuah truk. Truk yang roda banyak di atasnya - roda becak - becak hasil rampasan - demi keindahan dan kelancaran kota - keindahan dan kelancaran kota bagi orang kaya - orang kaya yang hidup demi dirinya sendiri. Dan tiga dari roda-roda itu dimiliki oleh Bapak yang sedang bengong. Kulit hitam dihajar ultraviolet sepanjang hari, urat keluar, otot besar, namun pipi kempot, dan mata sayu. Entah bagaimana nasib anaknya, untuk pulang kembali kerumahnya saja tidak tau bagaimana.

...

Di ratusan juta sisi lainnya...