Selasa, 30 Desember 2008

Itulah Kenapa Saya Benci TV Nasional

Bukan berarti saya tidak punya nasionalisme. Justru, karena saya punya rasa nasionalisme, maka saya tidak suka nonton tv nasional. Coba kita lihat acara-acara tv nasional kita sekarang ini dengan kacamata jiwa indonesia tulen kita.

Nonton tv sekarang ini ibarat nonton everydamnthing about Jakarta sana yang telah menjadi teladan pop culture di Indo. Menonton tv sekarang ini ibarat mempertukarkan kearifan lokal kita dengan budaya luar (yang negatif, sayangnya), yang sayangnya lagi, dijelmakan dalam bentuk produk lokal.

Sebut saja, aneka sajian reality show, kontes nyanyi, infotainment, dan yang paling parah, sinetron. Mereka telah menabrak budaya lokal privat dengan menampilkan percintaan antar-individu dalam bentuk semi-rekayasa. Mereka juga telah menghujam nilai-nilai agama dengan menjual gosip. Sinetron lebih parah, mereka mendidik generasi muda menjadi anti-ilmiah, manja, hedonis. Bahkan aku berani bilang kalo tv sekarang ini menjadi salah satu faktor kenapa banyak pemuda dalam usia dini sudah berani berhubungan seks di luar nikah.

Itulah Kenapa Saya Benci Sinetron
Pernah nonton sinetron yang menggambarkan kisah keluarga borjuis? Anak muda orang kaya cakep seksi? Ato sinetron yang menggambarkan cewek gembel pengemis urakan penjual koran tapi cantik gak jerawatan? Aku sih gak mempermasalahkan apakah sinetron itu menceritakan orang-orang dari kalangan kaya atau miskin. Tapi aku benar-benar mempermasalahkan solusi dari konflik yang menghiasi jalan ceritanya. Atau singkatnya, "amanah" yang diusung dari kisah itu.

Kisah gadis miskin yang kemudian ketemu ama cowok keren & kaya, ditawari kerjaan dan ujung-ujungnya pacaran/nikah. Atau Kisah gadis miskin (tapi muka blasteran indo-bule) yatim piatu yang kemudian diadopsi oleh orang kaya. Dan selanjutnya terjadilah konflik-konflik gak mutu di alur cerita selanjutnya. WTF?

Tidak adakah kisah yang menggambarkan perjuangan universal, perjuangan yang menghasilkan kebahagiaan bukan karena kedermawaan-kebetulan-durian runtuh, tapi karena keuletan, kerja keras, ketabahan disertai proses berfikir dan menganalisa untuk mengatasi sebab-sebab yang memiskinkannya? Tidak adakah kisah yang menceritakan perjuangan universal, perjuangan seorang gadis miskin (gak perlu cantiklah) yang mencari sumber politis dari kemiskinan yang menimpanya? Kalo memang sinetron memiliki amanah yang mencerahkan, seharusnya para sutradara otak-buntu itu membuat kisah yang tidak cuman berkutat pada solusi kedermawaan dalam kehidupan sosialnya.

Sinetron Adalah Kemunduran Berpikir
Lebih parah lagi, kisah mistik dan gaib yang menghiasi kisah-kisah di sinetron semakin menambah daftar hitam bobroknya Tv nasional kita. Kisah remaja maupun anak-anak yang banyak didominasi oleh jin, setan, hantu, tuyul, sihir, ato kisah anak kecil yang bisa simsalabim, abdakadabra, kunfayakun... Inilah yang membuat generasi muda kita menjadi anti-ilmiah. Btw, Aku punya teman yang takut ke toilet sendirian kalo udah nonton ato diceritakan tentang hantu-hantu (he is a man, as far as i know). LMFHAO!!

Coba kita bandingin ama film-film di jepang ato barat sana yang sama-sama berkisah tentang anak kecil. Ada anak kecil yang berperan jadi detektif, ikut membantu dalam membongkar kejahatan. Ada petualangan anak kecil yang berusaha meloloskan diri dari kamp tawanan perang. Ada kisah anak kecil yang menyusun rencana untuk mendamaikan kedua orang tuanya yang telah berpisah. Semua film-film itu melibatkan proses mengatur taktik dan strategi, menganalisis, berfikir secara kritis, akal, dibantu dengan teknologi yang ada. Lha kok malah ini film indonesia menangkap penjahat dengan bantuan jin. Grow up please.

Logika mistik inilah yang menjadi racun dalam peradaban kita di era modern ini. Anak yang nonton sinetron tersebut tentunya akan berkesimpulan bahwa dunia ini dikendalikan oleh kekuatan mistik. Ucapkan selamat tinggal pada logika kritis, realistis dan pencarian kebenaran secara objektif universal. Anak-anak nantinya akan menjadi impoten dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Serta merta mereka hanya pasrah, menyerahkan nasib diri kepada logika mistik. Atau mereka hanya masturbasi membayangkan ketemu sama orang kaya cakep seperti yang dia lihat di sinetron tadi, menjalani kisah seperti di sinetron. Ucapkan selamat datang kembali kepada jaman kegelapan...

salah satu temenku, seorang movie-hunter pernah bilang, sebuah film adalah cerminan dari masyarakat setempat di mana kisah film itu bercerita.

Kekakuan Membabi-Buta
Kekakuan yang sering terjadi di sinetron adalah di mana terdapat figur yang antagonisnya kelewatan; wanita kaya licik bermuka bengis, berkepribadian ganda, penyebar fitnah, suka ketawa cekikikan atau ngomong dalam hati sambil pasang tampang sinis. Suck my D.

Atau plot di mana gadis dan cowok utama berjalan berlawanan arah dan kemudian tabrakan (never forget that damn 'slow motion') hingga buku-buku si cewek berjatuhan. Selanjutnya terserah anda... gw mau muntah dulu!

dst.. all of them. KAKU.

Dan ItuKah Kenapa Saya Benci Selebritis Lokal?
Mungkin. Selain karena selebritis lokal doyan banget ama rumus ini: cerai + mengumbar udel + selingkuh sama pejabat = percepatan popularitas.