Minggu, 03 November 2019

Hutangku Banyak pada Anak-anakku

Tidak jarang, kita memarahimu saat kita lelah.
Kita membentakmu padahal engkau belum benar-benar paham kesalahan yang kamu lakukan.
Kita membuatmu menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.

Tetapi,
seburuk apapun kita memperlakukanmu, segalak apapun kita kepadamu, semarah apapun kita pernah membentakmu...
Engkau akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilmu.
Menghibur kita dengan tawa kecilmu,
Menggenggam tangan kita dengan tangan kecilmu,
Seolah semuanya baik-baik saja,
seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Engkau selalu punya banyak cinta untuk kita,
meski seringkali kita tak membalas cintamu dengan cukup.

Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaanmu,
tetapi kenyataannya engkaulah yang justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.

Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihanmu atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecilmu,
tetapi,
Sebenarnya kitalah yang selalu engkau bahagiakan.
Engkaulah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita,
melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.

Kita berhutang banyak padamu nak.
Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap dan bermain denganmu?

Dari waktu hidup kita bersamamu, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-harimu, melukis senyum sejati di wajah mungilmu?

#######

Tentang anak-anak,
Sesungguhnya merekalah yang selalu "lebih dewasa" dan "bijaksana" daripada kita.
Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya.

Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yang pernah kita punya.

Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita.
Anak-anak yang setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi.
Anak-anak yang terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa.
Anak-anak yang menanggung konsekuensi dari nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri.

Anak-anak yang barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.
Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia.

#######

Maka akan kudekap anak-anakku, kan kutatap mata mereka dengan kasih sayang dan penyesalan dan akan kukatakan kepada mereka:
"Maafkan bapak untuk hutang-hutang yang belum terbayarkan"

Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Allah tak berkenan.
Maafkan karena hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yang bisa membuat hidup bapak dan ibu lebih baik dari sebelumnya.
Iya, lebih baik dari sebelumnya.