Kamis, 16 Juni 2011

Mama... anakmu rindu!!!!

Mama tersayang,
Hari ini seorang teman bertanya, “Pernahkah kamu menyesali keputusanmu untuk pergi?”. Saya terdiam, dan ingatan tentangmu kembali berhamburan. Tentang kalian. Tentang kita.

Mama tersayang,
Meninggalkan kalian adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan. Setahun lebih nyaris berlalu dan air mata ini belum juga habis. Namun jawaban atas pertanyaan itu adalah tidak; saya tidak menyesal.

Mama tersayang,
Maafkan saya atas segala luka yang saya timbulkan. Maafkan saya karena tidak sanggup memenuhi janji untuk terus bersama sampai Tuhan memanggil salah satu dari kita. Maafkan saya karena harus menjadi orang pertama yang pergi, dan perpisahan itu bukan disebabkan oleh maut.

Maafkan saya karena tidak mampu memenuhi harapan-harapanmu. Maafkan saya karena telah mengecewakanmu begitu rupa. Maafkan saya atas segala air mata, kesedihan, dan rasa sakit yang timbul karena saya tidak bisa lagi menjadi seseorang yang dibanggakan.

Namun Mama… saya tidak menyesal.
Untuk pertama kalinya saya benar-benar tahu apa itu bahagia.
Dan Mama, saya jatuh cinta.

Jatuh cinta ternyata perasaan yang luar biasa. Perasaan yang membuat seseorang rela mendaki gunung demi terjun bebas dari bibir jurang, remuk-redam babak-belur, lalu berjuang mendaki lagi hanya untuk mengulangi hal yang sama setibanya di atas.

Saya jatuh cinta kepada hidup dan kehidupan ini mama…!

Hidup memang tidak mudah, dan berkali-kali saya membayangkan apa rasanya kembali berada dalam perlindunganmu, naungan kasihmu, belaian tanganmu. Namun kini saya belajar percaya. Sesuatu yang dulu tidak pernah bisa saya lakukan. Saya belajar mempercayai diri sendiri. Saya belajar mengandalkannya. Saya belajar menjadi jujur pada perasaan dan kebutuhan saya. Dan saya belajar mencintainya apa adanya. Ternyata, mencintai diri sendiri itu tidaklah buruk.

Mama tersayang,
Di sini saya belajar
Bahwa setiap detik dan hirupan nafas adalah keajaiban.
Bahwa hidup bukanlah sesuatu yang bisa didikte berdasarkan buku panduan.
Bahwa cinta bukanlah sekumpulan teori yang menjamin hasil sama bagi mereka yang mengalaminya.
Bahwa perbedaan ada bukan untuk dihilangkan atau dibenci, melainkan dihargai dan diterima apa adanya—karena setiap manusia sama berharganya.
Dan bahwa Tuhan tidak seperti yang kita perbincangkan selama ini.
Saya belajar mengenal-Nya dengan cara yang sama sekali berbeda, namun kini Ia terasa jauh lebih nyata. Sangat dekat … dan ada.

Mama tersayang,
Saya baik-baik saja di sini. Saya bahagia.
Semoga itu cukup.


0 komentar: