Minggu, 04 Oktober 2015

Saladin

Setelah gencatan senjata, Salahuddin kembali ke Damaskus. Riwayat menyebutkan bahwa pada suatu hari ketika hujan, dia melakukan perjalanan Haji, dan ketika dia kembali, udara pada saat itu dingin dan lembab, sehingga dia jatuh sakit.

Setiap hari keadaannya semakin memburuk. Al-Imad menyebutkan "Aku bersama Salahuddin ketika dia sedang sakit. Demi Allah, setiap kali Salahuddin bertambah parah sakitnya, kepercayaannya kepada rahmat Allah semakin bertambah. Semakin lemah tubuhnya, maka semakin kuat kepercayaannya kepada Allah."

Dan bahkan dalam keadaan itu, Salahuddin tidak dapat pergi ke masjid lagi, tapi dia bersikeras untuk menunaikan shalat secara berjamaah.Jadi mereka akan membawakannya seorang imam, mereka akan membantunya sehingga dia dapat menunaikan shalat secara berjamaah.

Di hari ke-sembilan, Salahuddin tidak sadarkan diri. Syekh Jafaar menyebutkan "Aku sedang membaca Al-Qur'an di sisi tempat tidurnya, dan ketika mencapai ayat "Dia-lah Allah, dan tidak ada tuhan yang haq disembah selain Dia, Yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib." Salahuddin sudah tidak sadarkan diri untuk beberapa lama, tapi aku mendengar suaranya yang lemah mengatakan "Sahih. Kau telah berbicara kebenaran.""

Dia menyebutkan "Selama 3 hari aku membaca Al-Qur'an di sisi tempat tidur Salahuddin, pada hari terakhirnya, saat dia meninggal, aku mencapai ayat "Tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah dan kepada-Nya aku percaya." Dan aku melihat wajah Salahuddin menjadi bercahaya, dia mengucapkan kalimat syahadat, kemudian dia pergi meninggalkan dunia ini."

Dan Ibnu Shaddad menyebutkan bahwa inilah bencana terbesar yang menimpa umat muslim sejak kehancuran Khulafaurrasyidin. Ibn Shaddad menyebutkan "Seringkali aku mendengar pepatah yang mengatakan "Kuharap aku dapat meninggal menggantikan dirinya." Dan aku selalu berpikir bahwa ini adalah metafora. Tapi kemudian aku menyadari hal yang sebenarnya dari pepatah itu ketika Salahuddin meninggal. "Kuharap aku dapat meninggal menggantikan Salahuddin."

Dan Abdul Latif, seorang penyair yang terkenal berkata bahwa Salahuddin ditangisi layaknya seorang nabi, karena setiap orang mencintainya. Orang yang baik mencintainya, orang yang jahat mencintainya, umat muslim mencintainya, umat non-muslim mencintainya, semua orang mencintai Salahuddin.

Dan apa yang ditinggalkan Salahuddin setelah dia wafat? Dia adalah raja Mesir, raja Siria, Lebanon, Yaman, tapi apa warisan yang ditinggalkannya? Dia meninggalkan 1 dinar dan 47 dirham, beberapa jubah perang, dan seekor kuda. Hanya inilah yang ditinggalkannya. Mereka harus meminjam uang untuk mengurus jenazahnya.

Tapi aku akan memberitahumu tentang apa yang sebenarnya diwariskannya. Dia mewariskan sebuah kejayaan!

Riwayatnya mengatakan bahwa orang-orang berteriak dan menangis seakan-akan dunia hanya menjadi satu tempat. Dan banyak orang, ketika mereka melihat jenazahnya, mereka tidak dapat percaya, mereka langsung pingsan. Mereka tidak menghadiri prosesi pemakamannya, karena mereka tidak percaya bahwa Salahuddin telah wafat. Sang pembebas tanah suci!

Bahkan Qadhi Fadhil memberikan fatwa bahwa Salahuddin harus dikubur dengan pedangnya. Jadi ketika di hari kiamat dimana dia dibangkitkan kembali, dan salah satu dari ketujuh orang yang mendapat naungan dari Allah adalah, seorang penguasa yang adil. Ketika dia berada di dalam naungan Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia dapat bersandar pada pedangnya, jadi setiap orang dapat melihat, bahwa dialah sang pembebas Tanah Suci.

Salahuddin adalah orang yang membebaskan Tanah Suci Yerussalem, dialah orang yang membuka gerbang benteng dan kastil orang-orang Kristen. Dan di batu nisannya, mereka menulis "Ya Allah, sebagai kemenangan terakhirnya, bukakanlah untuknya pintu surga!

---------------------

Salahuddin adalah salah satu pahlawan Islam terbaik. Tapi masalah pada umat muslim saat ini, bahwa kita telah meninggalkan kejayaan kita. Seperti yang dikatakan seorang penyair, "umat muslim datang ke kubur Salahuddin, dan mereka datang lagi dan lagi." Apa yang mereka lakukan? "Mereka berada di sisi kubur Salahuddin dan berkata: Qum ya Salahuddin, qum!"

"Wahai Salahuddin bangunlah! Bangunlah, Salahuddin kami membutuhkanmu! lihatlah apa yang terjadi di Iraq! Lihatlah apa yang terjadi di Afghanistan! Di Suriah! Wahai Salahuddin kami membutuhkanmu untuk membebaskan tanah suci!"

Penyair mengatakan "mereka datang dan datang lagi. Oh Salahuddin bangkitlah! Bangkitlah! Sampai kuburnya mengeluh karena bau di sekitarnya." Dia berkata, "berapa kali dalam setahun kalian akan membangunkan Salahuddin? Berapa kali kalian akan mengusik Salahuddin karena sikap penakut kalian sendiri? Apakah kita telah sampai pada zaman dimana yang hidup meminta bantuan kepada yang mati?"

Tak ada seorang pun yang bercita-cita menjadi Salahuddin. Tak ada seorang pun yang bercita-cita menjadi Umar Ibn Khattab, Abu Dzar, atau Abu Bakr R.A, atau Khadijah atau Fatimah. Kita telah meninggalkan kejayaan kita. Kita mengingat orang-orang ini, tapi tak satupun yang ingin menjadi seperti mereka. Kawan, kita tidak boleh menjadi pengecut, karena kita percaya pada kehidupan akhirat. Kita tidak bisa merayakan kejayaan Salahuddin, Umar Ib Khattab, tapi menjadi pengecut pada saat yang sama.

2 komentar:

-Zul Viqar Chu- mengatakan...

Saya kayaknya harus setia untuk mengunjungi blog ini setiap minggunya. Apakabar sobatku? Semoga kamuh selalu menginspirasiku

-Zul Viqar Chu- mengatakan...

Saya kayaknya harus setia untuk mengunjungi blog ini setiap minggunya. Apakabar sobatku? Semoga kamuh selalu menginspirasiku