Senin, 09 Oktober 2006

Surat Yang Tidak Pernah Sampai

Assalamualaikum.

Sebelumnya aku ingin minta maaf. Aku ingin menceritakan sesuatu kepadamu. Mungkin ini kedengarannya lucu, konyol, bodoh. Tapi hal itu justru sangat mendorongku untuk menuliskan surat ini. Dan sebenarnya aku berharap, kamu tidak akan pernah membuka lembaran ini, karena ada hal di dunia ini yang kita tidak harus mengetahuinya.

Malam itu, aku bermimpi. Aku bermimpi tentang dirimu. Mimpi yang membuatku bahagia bercampur sedih. Bahagia karena aku bersamamu, walaupun hanya dalam mimpi. Sedih, karena ternyata mimpi itu tidak berakhir seperti yang aku inginkan.

Ketika aku terbangun, tiba-tiba aku merasakan kerinduan yang amat sangat kepadamu. Serasa aku ingin kembali ke mimpi itu dan ingin segera bertemu denganmu lagi. Lama sekali aku memandangi langit-langit kamar, berfikir gerangan apa yang aku rasakan? Mengapa tiba-tiba aku merindu? Dan tak terasa aku menitikkan air mata.

Ketahuilah. Akulah orang yang paling sering memandangimu dari kejauhan. Seandainya bangku-bangku kayu itu adalah makhluk hidup, mereka pasti tahu itu. Tiap sudut di lorong-lorong koridor yang suram, mereka akan membenarkan itu. Mereka tahu kalau aku memandangimu lama sekali. Tapi ketika kamu membalas tatapanku, aku tertunduk. Aku merasa tidak pantas disoroti oleh kemilai keindahanmu. Aku memang bodoh. Aku seharusnya mengucapkan salam. Atau paling tidak, memberikan senyuman. Tapi tidak tahu mengapa, aku tidak bisa saja.

Aku menulis ini, aku hanya ingin menumpahkan perasaanku saat ini. Aku tidak berharap kamu membalasnya, atau menyapaku ketika kita bertemu lagi suatu saat nanti. Aku bahkan berharap kamu tidak pernah mengetahui keberadaan tulisan ini. Biarlah kerinduanku ini kutumpahkan lewat tulisan ini. Atau lewat orang-orang dekatku di dunia nyata dan dunia maya.

0 komentar: