Cuma pengen ngucapin selamat hari raya Idul Fitri buat umat Muslim di seluruh dunia. Mohon maaf lahir bathin. Minal Aidzin Wal Faidzin. Sampai ketemu a couple days later. Besok pulang kampung dulu... See U!!!
Senin, 29 September 2008
Jumat, 20 Juni 2008
Akhirnya kerja juga
Setelah sekitar 3 bulan nyari gawean, akhirnya kini dapat juga. Meskipun pekerjaan ini mungkin bagi kebanyakan orang gak bisa dikatakan kerja. Ah, yang penting halal dan aku suka. Tidak ada yang lebih memuaskan dari menghasilkan uang dengan melakukan hobi sendiri!
Phew... semakin dekat saja aku dengan cita-citaku. Thanks God. - da dream blog diary -
Sabtu, 24 Mei 2008
BBM naik tinggi
Anjrittt... Harga BBM naik lagi! Benar-benar terasa dampaknya terutama bagi orang-orang seperti aku. Gimana coba, bensin 10ribu buat 'si biru yang perkasa' udah gak seawet dulu lagi. Paling banter si biru yang perkasa cuman bisa dipake pulang balik ke tempat kursus, itupun sambil deg-degan takutnya blom nyampe rumah udah mogok di jalan karena bensin tiris. Udah dasarnya nih motor boros bensin, ditambah harga BBM naik, ditambah yang punya motor blom dapat kerja, lengkap sudah penderitaan. Tampaknya masalah-masalah muncul semakin membuat aku tersisih dari hidup. Pengennya tinggal dirumah aja, tapi gak mungkinlah. Aku merasa seperti buah segar yang lama-lama mulai membusuk kalo di rumah terus tanpa kegiatan apa-apa.
Bagi aku, tidak melakukan apa-apa adalah malapetaka. Bukankah malapetaka terbesar dari suatu bangsa adalah ketika para pemudanya sedang tidak melakukan apa-apa? Aku pusing kalo di kamar terus molor, atau tiap hari ngobrol ngalor-ngidul ama temen-temen, ngobrolin gak jelas. Aku pengen punya kegiatan bermanfaat, apalagi ngehasilin duit, dan hari demi hari keinginan itu bertambah kuat. Kasian Ibunda, udah tua. Takutku gak sempat ngebales jasa-jasanya, membahagiakannya di hari senja hidupnya. Please God, give me chance.
Beda aku, beda si Cepot. Ini salah satu temenku yang nasibnya selalu mujur. Belum wisuda udah kerja di Bank BPD Riau. Ada keluarganya yang urus untuk masuk di sana. Sementara aku harus mulai dari nol. Aku punya kakak di Trakindo. Tapi aku pantang merengek karena aku yakin bisa dengan hasil usahaku sendiri.
Well, ini adalah awal perjalanan. Aku sudah punya rencana jangka panjang. Sedikit demi sedikit, hari demi hari, masa depanku yang cerah jelas tergambar dalam otakku. Dan aku jadikan itu realitasku. Nah, karena aku mulai dari angka nol, maka sekarang tinggal angka nolnya harus ditambah angka 1 di depannya, dan kemudian tambah lagi angka nol di belakangnya, as much as i can. That's it.
I'm on the way, bro 'n sis. ^_^ - da dream blog diary -
/ Sabtu, Mei 24, 2008 0 komentar
Kategori: Diari
Rabu, 27 Februari 2008
Mahasiswa UNHAS Tawuran Lagi!
Setelah jumat lalu saya berhasil lulus ujian akhir, kemarin akhirnya secara resmi saya mendapatkan gelar SE lewat acara yudisium. Kami ber-6, 5 diantaranya adalah angkatan 2002-selesai 5 tahun 4 bulan, salah satunya anak 2004-selesai 3 tahun 4 bulan! Selesai acara yudisium itu aku langsung pulang ke rumah, karena sudah sangat lelah dengan semua rutinitas yang akhir-akhir ini begitu padat. Aku tertidur sampai sore.
Tiba-tiba hpku berbunyi, salah satu teman menelpon, menanyakan tentang 'tawuran yang tadi'. Lha saya bingung, saya tidak tahu-menahu kalau tadi itu ada tawuran. Sewaktu saya di kampus tadi masih aman-aman saja tuh. Berarti ketika aku tidur barusan-lah tawuran bersamaan terjadi.
Saya langsung berpikir tawuran ini pasti buntut dari kejadian acara inaugurasi ekonomi jumat malam yang lalu. Saat itu aku sempat tampil mengisi acara musik. Ckckckc, penonton penuh sesak, sampai banyak yang tidak kebagian kursi dan terpaksa nonton sambil berdiri. Ya, pasti setiap acara inaugurasi ekonomi penonton membludak. You know, dari 100% mahasiswa ekonomi, sekitar 60%-nya adalah cewek, 50% cewek cakep dan sisanya biasa2.. hehehehe. Cuma 40% cowok. Inilah yg menjadi daya tarik fakultas ekonomi. Ok kembali ke masalah. So, penonton datang dari seluruh fakultas, dan termasuk puluhan dari teknik.
Di salah satu deretan kursi, duduk beberapa mahasiswa dari fakultas ekonomi, dan tepat di deretan kursi di atasnya hingga ke belakang, duduk beberapa mahasiswa teknik. Menurut konfirmasi sepihak, salah seorang mahasiswa teknik yang duduk tepat di belakang mahasiswa ekonomi, di sepanjang acara dinilai 'memancing' atau terlalu 'rese', hingga mahasiswa ekonomi 'merasa terganggu' dan akhirnya memukul mahasiswa teknik tsb. Inilah akar permasalahannya.
Mahasiswa teknik tidak puas atas pemukulan salah seorang rekannya tsb, dan kemudian menghimpun beberapa massa untuk melakukan sweeping thd si pemukul (dikenali ada 2 orang) di pintu keluar gedung Baruga, tempat inaugurasi ekonomi berlangsung. Tidak lama keluarlah salah seorang mahasiswa ekonomi yang pakaiannya mirip si pemukul tadi, hingga mahasiswa teknik mengira dialah si tersangka tadi. Ketika mahasiswa ekonomi tsb ditarik utk dipukuli, salah seorang mahasiswa ekonomi yang lain melerai namun sialnya justru dia yang kena batunya. Dia dipukul hingga terjatuh, sialnya ketika terjatuh, kepalanya membentur pot bunga hingga bocor. Dia segera dilarikan ke rumah sakit.
Di sinilah kedua kubu mulai memanas. Baik dari pihak mahasiswa ekonomi maupun teknik sama-sama merasa tidak puas atas perlakuan masing-masing pihak. Di satu sisi, mahasiswa ekonomi merasa acaranya dirusak oleh arogansi mahasiswa teknik, di sisi lain mahasiswa teknik merasa dilecehkan sebagai 'tamu' dalam acara ini. Selesai sampai di situ, lambat laun kedua kubu mulai membubarkan diri dengan sendirinya seiring selesainya acara inaugurasi dan bubarnya para penonton yang lain. Esoknya tidak terjadi apa-apa, dan saya berharap peristiwa itu selesai sampai di situ. Tapi ternyata setelah mendengar bahwa tawuran terjadi lagi..
Hatiku langsung pilu... tawuran lagi, tawuran lagi.. Sampai kapan ini berakhir. Apa sih yang coba kalian buktikan? Kenapa kalian begitu berapi-api dengan kebanggaan semu itu: 'ego fakultas'? Toh kalian masih 1 almamater, masih 1 suku mungkin, bahkan mungkin masih 1 agama! Masih tega kalian saling menumpahkan darah saudaramu?
Esoknya, langsung saja berita itu tersiar di acara-acara berita tv, di internet, di koran. Sambil membacanya, aku tersipu-sipu malu, ntrenyuh, jadi pengen meludah. Malu-maluin ah jadi mahasiswa Unhas. Untungnya aku sudah bukan mahasiswa lagi. Alias pengangguran! Kere lagi!
/ Rabu, Februari 27, 2008 0 komentar
Kategori: Diari
Kamis, 10 Januari 2008
Get Ready fo da new Lifeee
Hip hip hurray... Kemarin nilai mata kuliah sudah keluar dan hasilnya lumayan memuaskan. Sekarang IPK sudah melewati target. Dan kini tinggal ujian meja alias sidang akhir... huiii swenenge atikyw. Dan yang lebih menyenangkan lagi, kalau aku bisa dapat nilai A untuk skripsiku... IPK-ku bakalan melonjak jauh melewati perkiraanku. Dan satu lagi, kalaupun nilai itu dirubah menjadi yang terendah... IPK-ku tidak sampai anjlok melewati batas targetku. Sip....
Tapi bukan berarti aku begitu mendewakan sistem penilaian yang dibuat oleh sekolah. Tidak mutlak seorang dengan nilai terbaik adalah yang terbaik. Justru mungkin malah sebaliknya. Sebenarnya, tidak berarti huruf-huruf dan angka-angka itu. Itu tidak lebih dari interpretasi para penentu kebijakan nilai yang juga manusia biasa, yang juga berarti tidak luput dari kekeliruan. Bahkan lebih sering keliru ketimbang benarnya. Bukankah persepsi manusia itu sifatnya relatif? Misalnya, pernah, Ichal salah satu temanku tidak diluluskan pada salah satu mata kuliah, padahal menurut persepsi kami dia paling berhak dapat nilai terbaik. Tapi kenyataannya menunjukkan bahwa persepsi kami dengan persepsi dosen berbanding terbalik seperti hitam dan putih, ada dan tiada, atas dan bawah. Tolak ukur kami dengan dosen dalam memberi penilaian mungkin berbeda, tapi kami tidak habis pikir parameter apa yang digunakan dosen sampai-sampai tidak meluluskan Ichal. Padahal jika menggunakan tolak ukur pada umumnya, dia sudah pantas lulus, meskipun tidak dengan nilai memuaskan. Akhirnya kami sampai pada kesimpulan bahwa tolak ukur dosen itu karena Ichal jeleeek. Udah hitam, kriting, pendek, idup lagi. hihihihihihi sori cal
Setelah aku pikir-pikir sampai jungkir balik (halah), aku memutuskan untuk tidak mau lagi melanjutkan studiku ke jenjang yang lebih tinggi. Ketika aku wisuda nanti, cukup sampai di situlah urusanku dengan dunia sekolah. Aku tidak ingin mengorbankan apa-apa lagi dari kedua orang tuaku. Sudah saatnya untuk mengambil langkah yang aku rasa paling tepat demi pembangunan mimpiku. Tapi bukan berarti aku berhenti dari dunia pendidikan. Bagiku pendidikan adalah seumur hidup, dan pendidikan tidak sama dengan sekolah. Aku bisa mendapatkan ilmu meski bukan di sekolah. Bahkan menurutku ilmu justru lebih banyak tersebar di luar ruang-ruang sekolah. Minimal, kalaupun suatu saat nanti aku berubah pikiran dan ingin melanjutkan sekolah, pastinya 1). biaya dari diri sendiri; dan 2). tidak akan lanjut di Indonesia. Kecuali negeri ini bertobat dan kemudian bangkit dari kebobrokannya. bagaimana tidak, sudah mahal, kualitas jeblok.
Kemarin, salah satu teman dari Equilibrium (komunitas peduli alam di kampusku) menikah. Namanya jen, dia adalah 'Ibu' kami kalau sedang mendaki gunung. Meskipun di puncak udara dingin, ransum pas-pasan, tapi kalau ada Jen, pasti makanannya enak. Salah satu dari segelintir cewek yang punya hobi naik gunung. Tapi meskipun dia cewek, kemampuan fisiknya mirip Flinstones. Kita udah ngos-ngosan sampai nafas bunyi peluit, dia masih biasa saja. Ini cewek apa batu ya? Sampai hari pernikahannya kemarin, aku baru yakin kalo Jen itu bener-bener cewek. Acaranya berlangsung di gedung mewah, sangat meriah. Makanannya super enak, dan pakaian para undangan begitu mewah. kondisi ini begitu jauh berbeda ketika kami sama-sama di puncak. Dan ternyata Jen bisa juga ya pake bedak. Selamat yah, Jen... Setelah pensiun dari mendaki gunung, akhirnya giliran kamu yang didaki! xiixixxixixi.. Mungkin di lain kesempatan, aku ingin upload hasil foto-foto kami di acara pernikahannya kemarin. - dream blog -
/ Kamis, Januari 10, 2008 0 komentar
Kategori: Diari
Senin, 31 Desember 2007
Selamat tinggal desember!
Selamat tinggal sobat, terimakasih atas kedatanganmu kali ini. Akhirnya besok kamu harus pergi lagi. Dan kalau umurku masih panjang, tahun depan tentu kita akan bertemu lagi. Aku selalu kangen dengan kedatanganmu yang setahun sekali itu. Selalu saja banyak hal yang ingin aku ceritakan setelah setahun kita berpisah. Masih ingat tidak, rencana yang aku bangun ketika engkau datang tahun lalu? Ada rencana yang berhasil terwujud, ada pula yang belum terwujudkan, padahal waktunya sudah lewat. Maaf sobat, aku sering mengecewakanmu. Tapi yang terpenting, aku mendapatkan banyak pelajaran dalam rentang waktu itu. Bukankah kita sepakat bahwa kita harus lebih berorientasi pada proses ketimbang pada hasil?
Teman, besok kamu pergi lagi. Tapi sebelum kamu pergi, mari kita menyanyikan lagu kenangan khusus untukmu dan untukku. Lagu yang ada nama kamu di judulnya.
Oh iya, seperti biasa, malam ini begitu banyak orang yang merayakan kepergianmu. Coba lihat jalanan-jalanan itu, penuh sesak sampai di ujung sana. Macet total. Mereka jelas mau pergi merayakan kepergianmu. Betapa banyaknya kembang api dinyalakan, bersahutan, di langit gelap membentuk sinar berwarna-warni. Semua itu untuk merayakan kepergianmu. Malang sekali nasibmu, sobat. Semua orang bersuka cita atas kepergianmu!
Tapi tenang saja, masih ada aku di sini bersamamu. Aku akan menemanimu hingga detik terakhir kepergianmu. Aku tidak merayakan kepergianmu, karena aku tahu bahwa sesungguhnya hari ini sama sekali tidak pantas untuk dirayakan. Tetapi akupun tidak akan bersedih atas kepergianmu, karena aku tahu kau akan datang lagi. Dan aku tahu kamu tidak pernah mengingkari itu.
Aku ingin berjanji padamu, sobat. Saat kita bertemu lagi nanti, aku akan lebih baik lagi dari kali ini! See you december!!! Let's sing our song...!!!
A long december and theres reason to believe
Maybe this year will be better than the last
I cant remember the last thing that you said as you were leaven
Now the days go by so fast
- dream blog -
/ Senin, Desember 31, 2007 0 komentar
Kategori: Diari
Jumat, 07 Desember 2007
SE yang Tertunda
Targetku untuk selesai kuliah bulan 12 tahun ini terpaksa harus diundur sampai bulan maret tahun depan. Kendalanya, bukan karena skripsi tetapi lebih kepada berkasku yang tidak lengkap. Padahal untuk mendaftar ujian meja, ada beberapa berkas yang harus dikumpul. Nah, salah satu atau salah dua dari syarat berkas itu yang aku tidak miliki. Tepatnya, fotocopy ijasah SMU yang sudah dilegalisir oleh sekolah. Sekedar info, ijasahku mulai dari SD sampai SMU, plus akta kelahiranku hilang! Dan untuk menemukannya kembali sepertinya kecil kemungkinannya. Selama kuliah di kota ini, aku pindah tempat tinggal sebanyak 4 kali. Dan bila kuingat-ingat, lokasi kehilanganku berada di tempat tinggalku yang ke-2, tepatnya di tengah kota yang jauh dari tempat tinggalku saat ini. Lagipula, tempat itu kini sudah dibongkar dan di atas tanahnya berdiri kokoh ruko-ruko dan tempat perbelanjaan. Jangankan lembaran kertas mirip ijasah, puing-puing rumahku pun bahkan sudah tak tampak sedikitpun. Semuanya sudah berubah.
Ketika urusan ijasah itu sudah kelar, pendaftaran ujian untuk wisuda bulan 12 tahun ini telah tertutup. Bueekk. Aku harus menunggu lagi ujian selanjutnya, tentunya untuk wisuda bulan 3 tahun depan. - dream blog -
/ Jumat, Desember 07, 2007 0 komentar
Kategori: Diari
Rabu, 05 September 2007
Selamat Buat Sarjana baru
"Jangan bermimpi untuk menjadi apa-apa sobat. Karena dunia di luar sana tidak membutuhkan orang yang cerdas dan banyak tanya, tetapi orang yang penurut dan dungu!!!" kata sebuah tulisan di koran kampus.
Selamat buat Aslam Fatwa, Andi Muhidin, Rinto Budiman, dan semua yang kini sedang menikmati gelar baru di belakang namanya. Ya, sebuah SE yang telah dibayar mahal. Selamat.
Traktirannya mana? - dream blog -
/ Rabu, September 05, 2007 0 komentar
Kategori: Diari
Sabtu, 05 Mei 2007
Kirimi Aku Kamboja Saja
Pernah di suatu hari, aku mengunjungi Rumah Sakit bersama sahabatku yang seorang dokter muda.
Seharian aku mengamati seluruh aktivitas yang ada di sana dan kudapati wajah-wajah yang ketakutan akan kematian. Di antara mereka ada yang mendadak panik, ada juga yang pasrah. Tetapi ada seseorang yang menarik perhatianku. Setelah melewati antrian dan mendapatkan pelayanan, Ia tak langsung pulang. Satu jam, dua jam, tiga jam sampai ketika Rumah Sakit mulai lengang Ia belum beranjak juga. Aku mendekat dan berbincang-bincang dengannya. Mulanya hanya basa-basi, tetapi sekarang jadi serius. Ia divonis kanker ganas, tapi ia mengeluh tak punya biaya. Karena itu, Ia akan memohon keringanan. Ia percaya bahwa dokter masih bisa menyelamatkan nyawanya.
Ia bercerita kalau ia berasal dari kampung yang jauh, datang ke kota ini untuk kuliah. Tetapi kanker telah menggerogoti hidupnya. Tak beberapa lama kemudian ia mendapatkan giliran tetapi sekali lagi ia harus kecewa. Ia pulang dengan wajah kuyu, langkahnya sempoyongan. Aku mengikutinya, kami bercakap-cakap. Aku salut padanya, meski kesakitan ia tetap berusaha. Aku berjanji padanya untuk membantu mencarikan jalan keluar.
Sehabis makan malam, aku menemui sahabatku dan membicarakan hal itu. Tetapi sahabatku memberi jawaban dengan menggelengkan kepalanya. Ia tak bilang kalau sudah tak bisa ditolong, ia hanya mengatakan kalau biayanya tak kurang dua puluh juta rupiah. Aku merasakan keputusasaan yang dirasakannya, merasa hal ini di luar kemampuanku. Aku punya tabungan, tetapi hanya 1/18 dari biayanya. Aku merengek kepada sahabatku, tetapi ia malah menghardikku, katanya: “Ada banyak orang yang seperti itu, apa kau mau menolong semuanya? Jangan libatkan dirimu, kau bisa gila!”
Aku menyerah, beberapa hari aku tak menemuinya. Aku terus menerus bergumul dengan pikiranku sendiri, lalu terlonjak oleh sebuah ide. Aku bermaksud hendak membawanya ke rumah sakit dengan membayar uang mukanya saja dulu. Yang lain urusan belakang. Pikirku, Aku masih muda dan bebas, karenanya dapat kutanggungkan resiko apapun! Begitu semangat yang membakar hatiku itu. Aku segera berangkat, tetapi setiba di tempat kostnya kulihat pintunya terkunci. Ia sudah tidak ada. Dari tetangga kamarnya kuketahui kalau Ia sudah meninggal dunia kemarin. Aku kaget dan linglung beberapa saat. Ia menitipkan selembar surat untukku, intinya ia senang karena aku peduli. Ia selalu menantikan aku bahkan sampai saat meninggalnya yang hanya dikawani sepi...
Aku masuk ke kamarnya, menangisinya meskipun aku tak terlalu mengenalnya. Ada sesuatu yang menghubungkan kami, penderitaan itu dan kemanusiaan ini. Di sebuah diary ia menuliskan puisinya yang terakhir:
Dok,...
Rumahmu terlalu putih,tak mampu aku menatap
Lihatlah, mataku silau bahkan telah buta
Hingga tak kutemukan jalan, agar boleh sekedar menyapamu
Kakiku terasa berat lagi lamban
Tanganku kurus, terlalu tipis
Tak mampu menjabat tanganmu, ganti terima kasih
Aku pulang saja ya?
Jangan lupa jenguk aku
Tak perlu bawa jarum suntik
Aku lebih suka bunga kamboja
Jumat, 23 Februari 2007
Malamku
Malam ini aku merasa sepi. Berjalan menelusuri setapak seorang diri, ditemani temaram cahaya lampu jalanan. Di tengah dunia yang ramai ini, kadang aku merasa sendiri. Seperti sehelai daun yang terbawa aliran sungai yang mahaluas. Nietzche mengatakan, "kesunyian adalah rumahku", tapi tidakkah ia selalu merasa asing di rumahnya sendiri?
Malamlah satu-satunya sahabat yang paling setia menemani kesunyianku. Aku mencintai malam. Aku mencintai kesunyiannya yang setia menemani kesunyianku. Malam menghiburku dengan bintang-bintangnya, dan suara alamnya selalu berdendang untukku. Seandainya malam adalah seorang gadis, tentu aku sudah jatuh cinta.
Hal yang sangat nikmat untuk dialami adalah berfikir sambil berselimut malam. Aku percaya berfikir adalah kegiatan pemanusiaan diri. Dan larut malam, adalah saat di mana Tuhan sejati mendekati kita.
Kadang aku memikirkan hal yang kelihatan sepele ini: Bahwa aku ada. Bagaimana seandainya aku tidak pernah ada? Apa yang ada di dalam ketiadaan itu? Apa yang kuketahui? Selanjutnya, aku akan memikirkan ini: Bahwa aku ada sebagai makhluk berfikir, yaitu manusia. Bagaimana seandainya aku ada sebagai sesuatu yang tidak bisa berfikir? Percuma ada kalau kita tetap tidak menyadari bahwa kita ada. Oleh karena itu, aku bersyukur bahwa aku ada. Dan aku bersyukur bahwa aku ada sebagai manusia. - dream blog -
/ Jumat, Februari 23, 2007 0 komentar
Kategori: Diari
Jumat, 09 Februari 2007
Long Time No See
Huehe.. Kelihatan dari judul postingnya ada sesuatu yang lama tertahan dan akhirnya terpuaskan juga. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah posting di blogku yg udah berdebu ini. Lumayan lama nih baru posting.. sampai-sampai di dalam tempurung kepala ini banyak yang ingin aku tulis, makanya jadi bingung. Hari-hari yang aku lewati dari postingan terakhir sampai sekarang sebenarnya banyak yang menarik untuk kutulis, tapi sayang terlewatkan begitu saja tanpa diabadikan ke dalam tulisan. Hiks.
Kadang di suatu bulan aku kebanjiran ide untuk nulis, di bulan yang lain justru aku kekeringan ide. Sepertinya fenomena itu ditentukan oleh beberapa faktor, mungkin karena aku sedang tidak mood menulis, mungkin karena aku sibuk. Tapi sesibuk apa sih? Sampai-sampai menulis saja tidak sempat? Menulis itu kan bisa di mana saja, kapan saja. Bahkan di atas angkot atau di dalam wc pun kita bisa sambil nulis. Jadi apa coba.
Sekedar info.. Akhirnya aku KKN juga, dan aku pilih KKN di Jamsostek. Tapi belum fix. Seandainya tidak jadi di situ, mungkin pilihan kedua jatuh pada PT. Telkom. Biar bisa internetan sampe poge. Kenapa pilihan pertama di Jamsostek? Bukankah di Telkom sangat cocok untuk diriku yang maniak akan dunia maya? Tanya ken apa. Karena dari info yang saya dapat dari teman-teman yang dulu KKN di Jamsostek, di sana pekerjaannya relatif lebih singkat, dan tidak terlalu padat. Bukan berarti saya menghindari pekerjaan; saya cinta akan bekerja, karena bagiku bekerja membuat hidup kita lebih nikmat. Alasan saya adalah karena di samping aku KKN, aku juga memprogram 3 matakuliah. Yah.. aku menghindari tabrakan antara KKN dan kuliah. Hehehe.
Aku ingin membanjiri blog ini dengan tulisan... mengenai apapun. Aku ingin menjadikan blog ini sebagai tempatku mencorat-coret sepuas hati. That's all!! - dream blog -
/ Jumat, Februari 09, 2007 0 komentar
Kategori: Diari
Sabtu, 02 Desember 2006
Bayang-Bayang Kenangan
Di rumah, di kampung, segalanya telah berjalan seperti biasa pada musim kemarau; kipas dinyalakan, dan di pagi hari, ketika anak-anak kecil bersiap ke sekolah, suasana gelap, dan para orangtua membenarkan letak topi anak-anaknya yang agak miring. Udara mulai dingin. Ketika hujan pertama turun, dan untuk pertama kali payung difungsikan, enak rasanya memandang bumi yang basah, atap-atap basah. Napas terasa empuk, nyaman, dan saat itulah terkenang masa muda. Pohon-pohon Beringin yang basah oleh embun beku memancarkan wajah lembut. Pohon-pohon itu terasa lebih akrab pada jiwa dibandingkan manusia-manusia yang satu-dua mulai terlihat berlalu-lalang di jalan, dan karena keakraban itu tidak ingin rasanya aku mengingat tentang kuliahku yang belum juga kelar.
Aku besar di Sengkang. Aku tiba kembali di kota itu pada suatu hari yang cerah, dingin. Ketika aku sudah mengenakan jaket, menelusuri Jl. Pahlawan, dan pada petang hari mendengar suara adzan mesjid, perjalanan yang belum lama kulakukan dan tempat-tempat yang pernah kukunjungi kehilangan segala pesonanya. Sedikit demi sedikit aku pun tenggelam dalam kehidupan kota Sengkang; dengan lahap aku habiskan dua koran sehari. Aku sudah hendak pergi ke pinggir sungai Walennae, Clasic Disc, undangan Akiqah, dan aku merasa tersanjung melihat rumahku didatangi oleh sahabat-sahabat lama, dan di Clasic aku bermain kartu dengan para penganggur.
Lewat sekitar sebulan, terasa olehku hari-hari yang masih terselimut kabut kenangan, dan hanya sesekali nongol dalam mimpi dengan senyum menyentuh, seperti mimpi-mimpi yang lain. Tapi lewat daripada sebulan datanglah musim hujan menggigit, dan di dalam kenangan segalanya tampak terang, seakan baru kemarin aku berpisah dengan hari-hari itu. Kenangan itu menyala terus makin lama makin hebat. Apakah di tengah keheningan malam terdengar suara keponakan-keponakanku yang sedang mempersiapkan pelajaran, apakah terdengar olehku lagu nostalgia atau bunyi mesin dari bawah rumah, atau dengungan angin hujan di atap rumah, kembali tiba-tiba aku hidup dalam kenangan tentang segalanya: apa yang terjadi di sekolah, pagi hari berkabut di Pattirosompe bersama saudaraku tercinta, becak pengangkut yang datang dari pasar Sentral. Lama aku berjalan mondar-mandir di kamarku, mengingat, dan tersenyum, dan kemudian ingatanku berubah menjadi kenangan, dan apa yang sudah berlalu dalam angan-angan itu pun bercampur dengan yang akan datang.
Kenangan-kenangan itu bukannya terlihat olehku dalam mimpi, tapi mengikutiku ke mana-mana seperti bayangan, dan menghantuiku. Dengan mata terkatup aku dapat melihat hari-hari itu sebagaimana adanya, dan tampak lebih indah, lebih muda, lebih mesra daripada waktu itu; dan aku sendiri pun merasa lebih baik daripada waktu itu. Saban malam kenangan itu memandangku dari lemari pakaian, dari rak-rak buku, dari langit-langit kamar, dan aku mendengar senandungnya, gemerisik mesra suaranya. Di Makassar, dengan perasaanku aku mengikuti hari, mencari, tidak adakah di antara hari-hari ini yang mirip hari itu... Bahkan aku sudah tenggelam dalam hasrat kuat untuk berbagi kenangan dengan seseorang. Namun di kost tidak mungkin aku bicara tentang cerianya, sedang di luar kost, tidak ada orang lain. Tidak mungkin hal itu dibicarakan dengan tetangga, tidak juga di kampus. Dan lagi, apa yang harus dibicarakan? Apakah memang ada sesuatu yang indah, puitis, atau edukatif, ataukah itu sekedar hal yang menarik, dalam hubungan dengan kenangan?
Maybe next year will be better than the last. - dream blog -
/ Sabtu, Desember 02, 2006 0 komentar
Kategori: Diari
Kamis, 26 Oktober 2006
Our Manifesto
Akhir-akhir ini aku begitu merindukan saudaraku, Nas. Sudah sekitar 5 tahun aku tidak bertemu dengannya, ngobrol, berdiskusi mengenai apa saja yang menarik, atau bercerita tentang kenangan masa kecil. Bersamanya merupakan momen yang sangat berharga yang pernah kurasakan. Ia adalah kakak merangkap teman bertukar pikiran.
Teringat masa kanak-kanak kami dulu. Kami sering berdiskusi mengenai hal-hal yang mungkin sangat jarang dibicarakan oleh anak-anak seumuran kami waktu itu. Ketika anak-anak lain mungkin sedang membicarakan tentang 'siapa yang berhasil menangkap layangan putus itu sore lalu', kami membicarakan mengenai 'seberapa luas sebenarnya alam semesta ini', atau 'apa itu Black Hole'. Bahkan pembicaraan kami sampai pada 'kemungkinan adanya makhluk hidup lain di luar tata surya kita'.
Huahaha.. Lihatlah! Dua anak ingusan bersaudara itu mencoba menggunakan otak mungilnya untuk berfikir semendalam itu! Dua anak kecil itu membicarakan hal-hal yang bahkan orang dewasa pun enggan untuk memikirkannya.
O, tidak, bukannya kami pada saat itu tidak bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman sepermainan kami. Bukan kami berdua mengisolasi diri dalam rumah, bukan begitu. Kami selalu berkelana dengan anak-anak lain sampai jauh dari rumah dan bahkan pernah tersesat pulang, hanya untuk mengejar seekor kupu-kupu. Kami sering bermain "ma'cincillojo" sampai matahari di atas kepala kami tersenyum melihat keceriaan kami. Halaman rumahku adalah ajang tempat bermain kelereng yang selalu ramai bersama teman kecil kami dulu. Kami adalah figur kecil yang disuka karena kami jujur dan tidak pernah curang dalam bermain, walaupun kadang-kadang kamilah yang dicurangi.
Kami berdua hanya manusia kecil yang baru beberapa tahun ada di dunia ini, dan ketika hadir, begitu terkagum-kagum oleh hidup dan kehidupan. Kami terpesona melihat sekuntum bunga yang tumbuh sendirian di antara semak belukar di bawah pagar yang rapuh. Kami kagum keheranan melihat anak kecil lain yang tidak kami kenal dan berpikir 'betapa jauh lebih miripnya kami dengan dia ketimbang berbeda'. Kami bergandengan tangan menelusuri jalan-jalan berkelok dan mengamati segala sesuatu yang kami lewati sepanjang perjalanan. Memperhatikan iring-iringan semut yang kemudian meninggalkan makanan besar mereka dan mulai berlarian panik ketika kami menghembuskan udara ke arah mereka. Kami hanyalah anak kecil yang penuh dengan rasa keingintahuan tentang segala hal, tetapi mereka menyebut kami anak nakal.
Mungkin. Bisa jadi kami memang anak nakal. Berarti kenakalan kami adalah rasa keingintahuan kami. Berarti kenakalan kami adalah menjadi lebih tahu tanpa mau sok tahu seperti yang orang-orang dewasa sering lakukan. Kenakalan kami adalah mengisi tempurung kepala kami yang selalu 'lapar' akan segala bentuk pengetahuan, di mana pada saat yang sama anak-anak lain mengisi perut mereka yang juga lapar akan segala bentuk jajanan.
Rabu, 25 Oktober 2006
IED Mubarak
Hari ini, takbir, tahmid tahlil berkumandang memenuhi jagat raya, tak kuasa tuk membendung air mata, teringat akan dosa-dosa, ma'afkanlah aku sahabatku. aku akan berusaha untuk tidak mengulangi kekurangan di lain waktu, SELAMAT HARI RAYA IEDUL FITRI 1427 H. Mohon Ma'af lahir & bathin.
Hari ini aku mempertanyakan kembali idealisme mahasiswa yang dulu menjadi jubah kebanggaanku. Apakah itu murni idealisme ataukah hanya ego masa muda? Entahlah. Buat mereka yang dipukuli oleh aparat karena memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, buat mereka yang tidak menggadaikan idealismenya demi kenikmatan yang fana, buat mereka yang rumah-rumahnya tergenang oleh 'lumpur-lumpur panas kapitalisme', buat mereka yang telah mencapai titik di mana tidak mau menyerah melawan kebobrokan, apapun yang terjadi, kalian tetap sahabatku...
/ Rabu, Oktober 25, 2006 0 komentar
Kategori: Diari
Senin, 09 Oktober 2006
Surat Yang Tidak Pernah Sampai
Assalamualaikum.
Sebelumnya aku ingin minta maaf. Aku ingin menceritakan sesuatu kepadamu. Mungkin ini kedengarannya lucu, konyol, bodoh. Tapi hal itu justru sangat mendorongku untuk menuliskan surat ini. Dan sebenarnya aku berharap, kamu tidak akan pernah membuka lembaran ini, karena ada hal di dunia ini yang kita tidak harus mengetahuinya.
Malam itu, aku bermimpi. Aku bermimpi tentang dirimu. Mimpi yang membuatku bahagia bercampur sedih. Bahagia karena aku bersamamu, walaupun hanya dalam mimpi. Sedih, karena ternyata mimpi itu tidak berakhir seperti yang aku inginkan.
Ketika aku terbangun, tiba-tiba aku merasakan kerinduan yang amat sangat kepadamu. Serasa aku ingin kembali ke mimpi itu dan ingin segera bertemu denganmu lagi. Lama sekali aku memandangi langit-langit kamar, berfikir gerangan apa yang aku rasakan? Mengapa tiba-tiba aku merindu? Dan tak terasa aku menitikkan air mata.
Ketahuilah. Akulah orang yang paling sering memandangimu dari kejauhan. Seandainya bangku-bangku kayu itu adalah makhluk hidup, mereka pasti tahu itu. Tiap sudut di lorong-lorong koridor yang suram, mereka akan membenarkan itu. Mereka tahu kalau aku memandangimu lama sekali. Tapi ketika kamu membalas tatapanku, aku tertunduk. Aku merasa tidak pantas disoroti oleh kemilai keindahanmu. Aku memang bodoh. Aku seharusnya mengucapkan salam. Atau paling tidak, memberikan senyuman. Tapi tidak tahu mengapa, aku tidak bisa saja.
Aku menulis ini, aku hanya ingin menumpahkan perasaanku saat ini. Aku tidak berharap kamu membalasnya, atau menyapaku ketika kita bertemu lagi suatu saat nanti. Aku bahkan berharap kamu tidak pernah mengetahui keberadaan tulisan ini. Biarlah kerinduanku ini kutumpahkan lewat tulisan ini. Atau lewat orang-orang dekatku di dunia nyata dan dunia maya.
Sabtu, 16 September 2006
Ultah ke-50 Unhas: Bagi-Bagi Bogem Mentah
Baru-baru ini unhas membuat pesta besar dalam rangka ulang tahunnya yang ke-50. Dalam pesta tersebut ada yang bahagia ada pula yang bersedih. Tapi aku mengatakan bahwa pesta ulang tahun yang dibuat oleh birokrasi kampus tersebut, seperti “orang tua yang berulang tahun tanpa melibatkan anak-anaknya”.
Pada acara tersebut tepatnya sabtu, 9 september 2006, yang bertepatan pula dengan datangnya 02 RI; Yusuf Kalla, beberapa mahasiswa merayakan ulang tahun unhas dalam versi yang berbeda, yaitu dengan melakukan aksi damai dan bagi-bagi selebaran yang berkaitan dengan isu ke-unhas-an; dalam hal ini mereka mencoba menggambarkan sisi lain dari unhas, seperti fenomena dosen malas, dosen proyek, serta beberapa kebijakan yang tidak berpihak kepada mahasiswa dan rakyat kecil. Tetapi mimpi apa kita semalam, “orang tua-orang tua” kita yang ada di birokrasi kampus justru menganggap bahwa mahasiswa yang melakukan aksi damai tersebut adalah oknum-oknum yang harus dibersihkan karena merusak citra unhas katanya, sehingga teman-teman mahasiswa yang merayakan ulang tahun kampusnya dengan cara yang berbeda tersebut dibersihkan (dikejar, digebuki kayak pencuri ayam, bahkan diculik) oleh Paspampres, Polisi, Tentara serta satpam yang mungkin memang digaji untuk menjaga kekuasaan. - dream blog -
/ Sabtu, September 16, 2006 0 komentar
Kategori: Diari
Selasa, 27 Juni 2006
Kampus Muak!
Aku muak denganmu. Aku muak mendengar celoteh remeh temeh kalian. Aku datang ke sini bukan untuk itu, taukah kalian? Aku dan orang-orang yang kucintai telah berkorban agar aku bisa ada di sini! Tapi ternyata lihat apa yang kudapat.. Sekelompok orang dungu yang berkoar-koar tentang ilmu. Sebentar. Jadi itukah yang kalian sebut ilmu? Heh? Yang benar saja! Itu hanya lelucon yang cocok kau dengungkan untuk anak ingusan, bego!
Aku berpikir, aku ada di sini hanya untuk mendapatkan huruf-huruf atau angka-angka yang sama sekali tak berarti. Aku berada di sini hanya untuk meraih gelar simbolis sampah. Karena aku salah jika aku mengharapkan ilmu di ruang yang penuh dengan kemunafikan ini.
Aku ingin segera pergi dari sini!
----
Hari ini aku kembali jalan-jalan ke salah satu tempat favoritku, sebuah danau buatan di dalam kampus Unhas. Menurutku tempat ini adalah tempat terindah yang ada di kampus Unhas. Suara kicau burung lebih sering terdengar ketimbang suara bising kendaraan, atau suara gosip yang sering terdengar dari koridor-koridor kampus.
Di sini tidak ada kemunafikan. Segala sesuatunya berjalan dengan semestinya. Segala yang ada di sini bertingkah sebagaimana adanya.
Daun-daun melambai lembut tertiup angin, begitulah mereka apa adanya. Capung-capung terbang merendah di atas air. Kaki-kakinya yang kecil mungil menyambar dan membentuk gelombang halus di permukaan air, dan memang begitulah mereka seharusnya. Mereka adalah sesuatu yang mempunyai harga diri.
"Aku mencintai sesuatu yang mempunyai harga diri. Alam memilikinya. Oleh karena itu, aku mencintai alam."
Kampus mulai sesak dengan kepura-puraan. Lihatlah model rambut ala vokalis band yang lagi naik daun. Coba dengar sorak sorai dari kantin. Sekarang mahasiswa lebih senang memegang kartu domino ketimbang buku. Dan lebih parah lagi, celana jeans superketat yang diadopsi dari acara-acara TV, di mana si pemakai tidak canggung sama sekali ketika belahan pantatnya tersingkap. Betapa jelas terlihat kepincangan kampus ini. - dream blog -
Selasa, 07 Maret 2006
Menangkap Bintang
Samar-samar kuingat, suatu malam saat aku masih kecil dan belum mampu berbahasa dengan baik. Saat itu mungkin aku rewel, sehingga aku digendong keluar teras depan rumah oleh seseorang dewasa. Aku tidak ingat betul siapa yang menggendongku. Mungkin karena terlalu banyak yang bergantian menggendongku, sampai-sampai aku mengira semua orang adalah ibu.
Tapi aku yakin bukan Ibu yang menggendongku keluar malam itu. Aku tahu dia tidak berminat untuk membawaku keluar rumah malam-malam dimana udaranya lebih dingin. Kupikir bukan pula Ayah. Aku tahu betul kalau dia yang menggendongku. Dia akan memegang tubuh kecilku dengan kedua tangannya dan mulai mengangkatku ke atas atau berputar-putar sambil meledekiku dengan senyumnya yang lebar. Tapi malam itu tidak. Yang kuingat hanyalah senandung-senandung dan suara yang mencoba menenangkanku. Suara yang mungkin mencoba mengajakku berbicara, menjelaskan sesuatu sambil menunjuk ke atas, dan aku pun menengadah ke atas mengikuti arah mana dia ingin menunjukkan sesuatu.
Malam itu memang langit bersih tak berawan, bintang-bintang bersinar terang berkerlap-kerlip mengundang ketakjubanku. Seakan-akan membentuk suatu bentuk kombinasi wajah keibuan yang mengingatkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meringkuk dalam momongan yang mengayomi, sambil mendengar senandung merdu dan menyaksikan keindahan bintang.
Aku mengangkat tanganku ke atas dan kudekatkan ke arah bintang yang paling terang dari sudut pandangku. Kukepalkan tanganku, kugenggam erat-erat bintang itu, kemudian kudekatkan genggamanku tepat di depan wajahku. Kubuka perlahan-lahan genggamanku, namun aku kecewa karena di situ tidak ada bintang. Ia tetap di sana, berkedip-kedip, menggodaku untuk mencoba kembali melakukan hal terbodoh seumur hidupku: menangkap bintang.
Aku tidak ingin menjadi awan. Aku ingin menjadi bintang yang bersinar di langit malam. Bintang yang paling terang di antara bintang-bintang redup lainnya.
/ Selasa, Maret 07, 2006 0 komentar
Kategori: Diari
Selasa, 17 Januari 2006
Di Sampingmu
Kemarin aku melihat sekelompok mahasiswa yang menghabiskan waktunya di kantin kampus, main domino sambil ngopi dan merokok. Pagi tadi aku melihat ada sekelompok mahasiswi yang menghabiskan waktunya di koridor kampus, menunggu dosen pengajar sambil berharap dia tidak datang mengajar. Baru saja aku melihat ada orang yang menghabiskan waktunya di ruang senat, baca koran sambil mendengar musik yang diputar dari komputer senat.
Tapi, aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu, dinda. Aku ingin duduk tepat di sampingmu walau yang kubisa hanya terdiam dan mematung. Aku ingin berada di dekatmu walau yang kubisa hanya sesekali mencuri pandang ke arah matamu, untuk kemudian kembali menatap ke arah ujung sepatuku yang mulai usang oleh lumpur dan debu. - dream blog -
Selasa, 27 Desember 2005
Dream Blog Launched
The birth day of "Da dream blog diary". Horray!
Hari ini ada satu lagi situs yang mengambil tempat dunia maya hanya untuk memuaskan ego seorang manusia. Aku tak peduli.
Gak ada tiup2 lilin, gak ada potong2 kue.. yang ada cuma seorang pemuda kurus dekil yang sedang memelototi monitor. Rambutnya lepek urakan, bau keringatnya menyengat, jerawatan, celana robek.. Matanya merah dan berair akibat begadang. hyyy... pokoknya sangar deh.
Saatnya untuk istirahat. Ngantukk.