Senin, 25 Agustus 2008

Masihkah cafe/warung internet sebuah bisnis yang menjanjikan?

Sebenarnya aku bukanlah ahli bisnis yang punya otoritas untuk menilai apakah sebuah bisnis itu baik atau buruk. Tapi ijinkanlah saya sebagai orang yang pernah mengelola sebuah warnet (2002-2007) untuk memberi sedikit komentar, dari sudut pandang saya pribadi.

beberapa teman bertanya bagaimana menurut saya tentang usaha warnet sekarang ini, apakah masih menjanjikan terutama di kota Makassar ini? sekitar 5 tahun lalu, prospek bisnis ini lebih baik, bahkan sangat baik. Saya sendiri begitu optimis dengan keberadaan GMnet waktu itu. Tapi perasaanku saat ini tidak sehebat waktu itu setelah melihat perkembangan sekarang, dan melakukan sedikit perhitungan.

Seperti bisnis rental lainnya, ada begitu banyak faktor penting yang akan memberi efek pada sukses tidaknya industri kafe internet ini. beberapa di antaranya, menurut saya adalah:
  • Lokasi. Pilihan lokasi yang strategis, adalah faktor yang sangat penting. Menemukan lokasi yang cocok seperti menemukan sebuah tambang emas. Memilih lokasi yang salah sama saja membuang-buang modal.
  • Kompetisi. bagi orang yang berjiwa bisnis, kompetisi hanyalah semacam perlombaan yang akan menghasilkan harga terendah untuk memenangkan konsumen. Ketika hal itu baik untuk konsumen, belum tentu baik untuk pelaku usaha. Ada batas tertentu di mana harga yang bergerak ke titik terendah akibat persaingan dapat membuat anda, atau lawan anda mengalami kebangkrutan. Anda tidak bisa mengharapkan kembali modal dengan cepat, jika misalnya harga sewa internet perjamnya hanya Rp.2500,-. Saya berani bilang, kalau di industri ini tidak ada kesetiaan pelanggan, yang ada hanya pelanggan yang mencari warnet yang lebih murah.
  • Kualitas/konsistensi konektivitas internet. Sudah barang tentu, hal inilah yang sering membuat pelanggan tidak kembali lagi untuk kedua kalinya ke warnet kita, apabila koneksi internetnya sangat tidak memuaskan. Meskipun hal ini tidak berlaku di tempat yang jarang warnet (karena pelanggan tidak punya banyak pilihan), seperti kota kecil, mempunyai koneksi di bawah standar adalah suatu masalah vital. Beberapa orang menyarankan koneksi yang eksklusif, namun sebagian yang lain mempertimbangkan masalah biaya tambahan untuk itu. Tergantung dari pemilik usaha, memilih koneksi yang ideal untuk warnetnya sendiri.
  • Lisensi software. Banyak pelaku bisnis warnet tidak menghitung biaya untuk yang satu ini dalam proposal usaha mereka. Itu dikarenakan masih banyaknya software bajakan yang bisa didapatkan dari berbagai sumber secara gratis. Meskipun begitu, ketahuilah bahwa banyak di luar sana software yang begitu populer bagi user, yang (memang gak murah) perlu untuk disediakan sebagai full-lisensi. Apalagi untuk warnet yang merangkap game-center, misalnya. Banyak game multiplayer yang populer, meskipun lisensinya mahal, tapi demi kebaikan jangka-panjangnya, boleh lah dibeli lisensinya.
  • Perencanaan ROI. Merencanakan return-of-investment juga penting. Berapa lama target anda untuk mengembalikan modal awal? Kalau dulu waktu awal-awal munculnya warnet, mengembalikan modal setahun adalah mudah. Tapi bagaimana sekarang? melihat banyaknya persaingan harga, sehat atau tidak sehat, mengembalikan modal dalam waktu 3 tahun sudah termasuk beruntung. Bisa saja, di tengah-tengah proses kita akan mengorbankan waktu yang lebih, energi, tabungan pribadi, untuk dengan cepat memenuhi target ROI.
  • Dll seperti hardware (hari gini masih pake Windows 98?), pelayanan (OP-nya kok galak banget seh), tempat yang nyaman (warnet kok banyak kecoanya), dst.. dst.
Ada juga pertanyaan mengenai berapa unit PC yang ideal untuk disediakan? kalo sok tahunya aku sih, 15 unit adalah ideal. 15 unit minimal untuk survive, untuk penghasilan yang konsisten, untuk jangka panjang. Tapi bukan berarti jumlah unit yang kurang dari itu tidak dapat survive. Yah pintar-pintar pengelolanya aja.

Dengar-dengar, di luar negeri sudah ada warnet yang bisnisnya dijalankan berbasiskan franchise/waralaba. Di Indonesia sendiri, saya belum pernah mendengar bisnis waralaba cafe internet. menurut saya ini patut dicoba, meskipun baru mendengarnya saja sudah bikin kita pusing membayangkan bagaimana sistemnya. Tapi daripada menunggu franchise dari luar yang masuk ke sini, kenapa bukan kita, orang Indonesia yang mengambil inisiatif dalam berinovasi? Kalau saja modal bukan masalah, mungkin aku akan meluangkan waktu lebih untuk memikirkannya. Pokoknya saya tunggu aja, semoga udah ada yang meliriknya.

0 komentar: