Kamis, 14 Agustus 2008

Sebuah Peribahasa yang Menyesatkan

Ini sekedar opini aja lho, kalo gak setuju ya silakan komentar. Gini lho, aku tuh gak setuju ama sebuah peribahasa yang mungkin udah gak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. peribahasanya itu adalah,

"Di mana ada kemauan, di situ ada jalan".

Nah lho? Apa yang salah coba, kalian pasti bilang gitu.

Begini. Menurutku, peribahasa yang satu itu telah menyesatkan banyak orang, tak terkecuali diriku sendiri. Coba kita telaah. Sekarang coba kita bayangkan salah satu contoh kecil ini; kira-kira berapa banyak perokok aktif di negeri ini yang jauh di dalam lubuk hatinya, punya kemauan untuk berhenti tetapi kenyataannya tetap saja mereka terus merokok. Aku kenal orang-orang seperti ini, aku kenal mereka karena sebagiannya adalah orang-orang dekatku atau orang-orang yang pernah dekat denganku. Mereka mengundang simpatiku atas kemauannya itu, sekecil apapun itu, namun tidak bosannya membuatku selalu menggelengkan kepala ketika tahu kalau mereka tetap saja seperti itu.

Berapa banyak orang yang menginginkan perubahan dalam hidupnya namun nyatanya di bulan atau di tahun depannya masih tetap seperti sebulan atau setahun yang lalu? Waktu sepertinya jalan di tempat bagi mereka. So what's wrong? Apa yang salah dari peribahasa itu?

Adalah bahwa kemauan saja tidaklah cukup. Kemauan saja bukanlah kunci untuk membuka jalan. Ada kunci yang satu lagi, ia dan kemauan seperti dua sisi mata uang. Tidak mungkin akan ada jalan kalau salah satunya tidak ada, sebagaimana tidak mungkin sebuah uang koin cuma punya satu sisi. Dia tidak lain adalah, TINDAKAN.

Bagaimana mungkin "di situ ada jalan" kalau aku tiap hari cuma sebatas mau aja, tapi gak melakukan apa-apa untuk menjadikannya terwujud? Sekarang lihat, berapa banyak orang yang disesatkan oleh peribahasa ini. Aku kenal orang yang mau masuk surga tapi gak sholat, aku juga kenal orang yang mau (bahkan sering curhat kalo dia sangat mau) sukses tapi nyatanya tiap harinya cuman molor + maen game Winning Eleven + ngobrolin ga jelas + godain cewek, ada malah yang mau SEGALANYA tapi justru gak melakukan APAPUN. Dst... dst, daftar panjang "sebatas ingin" ini gak akan ada habisnya.

Jadi kemauan ditambah tindakanlah yang memungkinkan adanya jalan.

Tapi, kemauan + tindakan hanya akan mengadakan jalan, namun untuk mempercepat prosesnya ada kendaraannya. Itulah PERENCANAAN. Plus, the last but possibly the most important to be sure, adalah bahwa semuanya selalu ada campur tangan Tuhan, so praying alias doa will be added to this list.

Jadi skali lagi, bahwa "di mana ada kemauan, di situ ada jalan" adalah peribahasa yang gak aku setujui kevalidannya. Peribahasa ini harus diganti! Menjadi "Di mana ada kemauan yang disertai tindakan terencana dan terarah plus berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa, maka pasti deh, dijamin 100%, di situ ada jalan!". Busyet dah, ini peribahasa kok jadinya kepanjangan. But it's true, isn't it?!

Ada lagi nih, satu peribahasa melayu yang salahnya minta ampun. Mungkin peribahasa yang satu ini jarang di dengar oleh orang awam, mungkin karena emang gak bener jadi seiring berjalannya waktu ia terkubur dalam ingatan ilmu sastra.

"BIAR KATA MATI ANAK, ASAL TIDAK MATI ADAT".

Wtf?

Peribahasa ini kalo ditelaah lebih lanjut, bisa dilihat bahwa ia menekankan tentang betapa pentingnya adat. Adat menjadi karakter maupun ciri khas suatu kelompok, entah bangsa maupun suku. Tanpa adat, suatu bangsa misalnya akan kehilangan karakternya, dan selanjutnya menjadi plagiat, pengekor bangsa lain. Lama-lama kehormatan diinjak-injak, kekayaan alam dikuras oleh kelompok lain, dan kita menjadi pecandu adat asing. Coba lihat bangsa jepang yang terkenal begitu menjaga dan melestarikan adat mereka, menjadi bangsa yang besar dan terhormat di antara bangsa lain. Sekarang bandingkan dengan bangsa kita *sambil tutup muka malu-malu kuda*. Dan ini memang benar bahwa adat adalah harta bangsa yang sangat berharga untuk dijaga. Jadi apanya yang salah?

Yang salah adalah "biar mati anak"-nya. Kenapa mesti "anak"?? Inilah kesalahan besar dari peribahasa ini. Dia pikir siapa yang akan meneruskan adat kalo bukan anak kita? Sadarkah, kalau mati anak maka mati pulalah adat! Anak di sini adalah simbolisasi dari generasi muda, sedangkat adat adalah simbolisasi dari karakteristik, ciri khas, pedoman hidup. Dan generasi mudalah yang menjadi pemeran utama dalam hal melanjutkan keberadaan adat. So wtf? Di satu sisi peribahasa ini menekankan pentingnya adat dilestarikan, tapi di sisi lain ia mengumumkan akan matinya adat dengan mementingkan adat ketimbak anak. Kacau deh!

Peribahasa ini juga harus direvisi! Coba diganti menjadi "mari kita menjaga adat, sebagaimana kita menjaga anak"... *tuiinngg* kok jadinya mirip iklan layanan masyarakat neh. But it's true isn't it!?

Ah dasar sastra emang sukanya pake bahasa-bahasa yang superkomplex.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

masa...
ga ada niat/kemauan juga bisa aja ada jalan mahhh..
kata bang napi,,
"kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, melainkan karena ada kesempatan" "waspadalah!!! waspadalah!!!"
jalan itu pilihan... dengan kata lain metode yang dilakukan..
kalo perokok mau berhenti...
jalannya banyak,, tapi persoalan ga bisa berenti tu berarti ntu perokok ga milih jalan buat berenti ato ga ngelakuin jalan untuk berentii...

Anonim mengatakan...

bener kan mas.. "milih jalan" yang mas sebutin gw artiin sebagai "ngambil tindakan". Jadi brenti ngrokok ga cukup sekedar pengen aja, tp juga musti take action.

soal bang napi, kl gw artiin, awalnya ga ada niat, tapi karna ada kesempatan, maka niat muncul. setelah itu kejahatan terjadi. jadi urutannya tetep ada niat dulu, baru tindakan.

tp bener jg mas, yang awalnya ga ada niat pun, bisa tetep ada jalannya yah.. makasih atas komennya

Arief Matics mengatakan...

wah...km tak bisa donk bilang salah gitu aja...apalagi menyesatkan, siapa yang sesat coba' ? ? ?

yang ada terjadi itu mungkin peribahasa ini kini hanya menjadi sebuah retorika kosong saja.

peribahasa itu adalah kalimat singkat berdasarkan pengalaman panjang.

kalo dibilang salah, mungkin terlalu riskan. "kalo ada kemauan, pasti ada jalan"

coba deh berfikir silogis, kalo ada kemauan ditambah dengan pasti ada jalan. maka akan menghasilkan suatu hipotesa lagi. nah "jalan"nya itu yang kayak bagaimana terserah si yang berhipotesis.

apa itu adalah tindakan, atau semacamnya lah....

saya fikir begitu...