Seharusnya kita tidak usah begitu peduli dengan hari lahir atau hari ulang tahun kita, yang kedatangannya setahun sekali itu. Tapi kita seharusnya jauh lebih peduli dengan hari mati atau ajal kita, yang kedatangannya bisa kapan saja.
Selasa, 06 Juni 2006
Kamis, 18 Mei 2006
Daftar Kekurangan
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia....."
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.
"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir. "Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya. "Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".
Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang.... "
Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya...
Ia menunduk dan menangis.....
Jumat, 28 April 2006
Ironi Negeriku
Indonesia membayar utang luar negeri sebesar Rp71,9 trilyun, yang terdiri dari pembayaran cicilan pokok Rp46,8 trilyun dan pembayaran bunga Rp25,1 trilyun. Beban tersebut setara dengan 2,8 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk pendidikan, 10,6 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk kesehatan, 32,7 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk perumahan dan fasilitas umum, 119,8 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk ketenagakerjaan, 27,7 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk lingkungan hidup. Ironis memang, tiap rakyat yang ada di sini memikul utang. Bahkan tiap rakyat yang belum ada, dengan kata lain yang belum lahirpun sudah memikul utang. weleh. - dream blog -
/ Jumat, April 28, 2006 0 komentar
Kategori: Celoteh
Selasa, 11 April 2006
Puncak Pembuktian Cinta
Menurutku, puncak pembuktian cinta oleh seorang lelaki kepada seorang perempuan pujaannya adalah bukan dengan menyatakan cinta (dalam bahasa gaul, nembak), dan kemudian memacarinya; tetapi dengan datang ke rumahnya untuk berbicara kepada orangtua dari perempuan yang dikasihinya, melamarnya, dan kemudian menikahinya. Itulah perbuatan sejati dari seorang lelaki yang mencinta.
Kalau memang kita cinta kepadanya, kenapa harus ada istilah pacaran? Proses saling menjajagi? Apa benar cinta semurah itu? Harus dijajagi dulu dengan proses pacaran, dan kalau tidak cocok, putus, lalu cari yang lain lagi? (bisa-bisa yang tersisa tinggal bekasnya orang nih). Aku jadi ingat semboyan 'habis manis sepah dibuang'.
Atau supaya bisa saling kenal dan saling tahu karakter diri masing-masing? Apa benar dengan pacaran itu bisa terwujud? Yea, tentu bisa, asal proses pacarannya gak ada bedanya dengan hubungan suami istri. Dodol! Kalau mau saling kenal dan tahu karakter masing-masing caranya ya menikah! Pasti berhasil tahu sampe detil-detilnya! Pacaran adalah tidak lebih dari 'sebuah proses hubungan antara lelaki dan perempuan yang tidak sah' dengan mengatasnamakan 'cinta' untuk memuaskan nafsunya. Nafsu kuda yang diperhalus!
Hanya saja aku kecewa, budaya bangsa kita di sini, terutama di wilayah timur ini begitu feodalis dan masih mengedepankan EGO dan GENGSI. Menikah dipersulit alias tidak mudah. Mau menikahi si A, orangtua harus dari keturunan 'darah biru'.. atau maskawin sekurang-kurangnya 40 juta.. atau minimal udah punya penghasilan tetap.. atau.. atau... Sistem bobrok..
Di masa kepemimpinan Umar, seorang pemuda sudah bisa menikahi gadis yang dikasihinya hanya dengan maskawin 'membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an'.
Adakah orang yang sependapat denganku di luar sana? Atau lagi-lagi hanya aku sendirian? - dream blog -
/ Selasa, April 11, 2006 2 komentar
Kategori: Opini
Rabu, 05 April 2006
Filosofi Mendaki Gunung
Jika kau ingin tahu lebih jelas mengenai sifat asli orang-orang dekatmu, ajaklah ia mendaki gunung. Di atas sana, kau akan menemukan bahwa kau tidak bisa menyembunyikan karakter aslimu. Kau akan menjadi dirimu sendiri, sepenuhnya. Jika egois, maka di atas sana kau akan egois. Jika penakut, maka di atas sana kau pun tidak akan bisa menyembunyikan ketakutanmu. Jika kau pengeluh, maka kau tidak akan berhenti mengeluh sepanjang perjalanan. Dari situlah kita akan semakin tahu kekurangan dan kelebihan diri masing-masing, dan kemudian kita bisa saling introspeksi diri.
Dan di atas sana, di tengah-tengah angin yang menderu-deru, di antara jurang yang berujung kelam, omong kosong kalau kau tidak bicara tentang Tuhan. Kau akan menyadari seberapa kecil dan lemahnya dirimu di tengah hamparan alam semesta. - dream blog -
Minggu, 26 Maret 2006
Filosofi Perempuan Berjilbab
Menurutku, perempuan berhijab itu ibaratnya makanan lezat yang tertutup rapat, agar lalat-lalat yang membawa berbagai macam penyakit tidak mengerumuninya. Jilbab yang benar akan setia menaungi wajahnya yang teduh, mengayomi dari segala kejelekan.
Kenapa aku lebih memilih menggunakan kata 'perempuan' daripada 'wanita'? Coba tebak sendiri! - dream blog -
/ Minggu, Maret 26, 2006 2 komentar
Kategori: Opini
Rabu, 15 Maret 2006
Sejarah Hari Valentine
Hari valentine, yang dirayakan tiap tanggal 14 februari adalah suatu perayaan yang diadopsi dari budaya paganisme orang-orang paganis pada jaman romawi kuno. Penjelasan sejarah Hari Kasih Sayang bisa dibaca pada artikel ini.
Beberapa versi sebab-musabab dirayakannya hari Kasih sayang ini (Valentine's Day), dalam The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine's Day.
1. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! . Layaknya seorang muslim segera bertaubat mengucap istighfar, "Astaghfirullah", wa naudzubillahi min dzalik. (Dari berbagai sumber).
Sumber di SINI.
Rayain hari valentine? mending molor. - dream blog -
/ Rabu, Maret 15, 2006 0 komentar
Kategori: Re-post
Selasa, 07 Maret 2006
Menangkap Bintang
Samar-samar kuingat, suatu malam saat aku masih kecil dan belum mampu berbahasa dengan baik. Saat itu mungkin aku rewel, sehingga aku digendong keluar teras depan rumah oleh seseorang dewasa. Aku tidak ingat betul siapa yang menggendongku. Mungkin karena terlalu banyak yang bergantian menggendongku, sampai-sampai aku mengira semua orang adalah ibu.
Tapi aku yakin bukan Ibu yang menggendongku keluar malam itu. Aku tahu dia tidak berminat untuk membawaku keluar rumah malam-malam dimana udaranya lebih dingin. Kupikir bukan pula Ayah. Aku tahu betul kalau dia yang menggendongku. Dia akan memegang tubuh kecilku dengan kedua tangannya dan mulai mengangkatku ke atas atau berputar-putar sambil meledekiku dengan senyumnya yang lebar. Tapi malam itu tidak. Yang kuingat hanyalah senandung-senandung dan suara yang mencoba menenangkanku. Suara yang mungkin mencoba mengajakku berbicara, menjelaskan sesuatu sambil menunjuk ke atas, dan aku pun menengadah ke atas mengikuti arah mana dia ingin menunjukkan sesuatu.
Malam itu memang langit bersih tak berawan, bintang-bintang bersinar terang berkerlap-kerlip mengundang ketakjubanku. Seakan-akan membentuk suatu bentuk kombinasi wajah keibuan yang mengingatkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meringkuk dalam momongan yang mengayomi, sambil mendengar senandung merdu dan menyaksikan keindahan bintang.
Aku mengangkat tanganku ke atas dan kudekatkan ke arah bintang yang paling terang dari sudut pandangku. Kukepalkan tanganku, kugenggam erat-erat bintang itu, kemudian kudekatkan genggamanku tepat di depan wajahku. Kubuka perlahan-lahan genggamanku, namun aku kecewa karena di situ tidak ada bintang. Ia tetap di sana, berkedip-kedip, menggodaku untuk mencoba kembali melakukan hal terbodoh seumur hidupku: menangkap bintang.
Aku tidak ingin menjadi awan. Aku ingin menjadi bintang yang bersinar di langit malam. Bintang yang paling terang di antara bintang-bintang redup lainnya.
/ Selasa, Maret 07, 2006 0 komentar
Kategori: Diari
Jumat, 17 Februari 2006
Cinta
Cinta bukanlah daun yang mudah layu
Melainkan akar yang tertanam kuat
Kuat tak terjamah mimpi-mimpi
Dari para pemimpi yang tak pernah mengerti
Cinta bukanlah laut yang mudah surut
Melainkan karang yang berdiri kokoh
Kokoh tak terusik janji-janji
Dari para penjanji yang tak pernah menepati
Cinta tak seperih tajamnya duri
Melainkan seindah mawar bersemi
Merah mewarnai jiwa
Membawa berlabuh ke surga yang indah
/ Jumat, Februari 17, 2006 0 komentar
Kategori: Syair
Sabtu, 11 Februari 2006
Feminisme: Revolusi Menuju Kehancuran
Feminisme, ide yang dikembangkan orang-orang kafir {Barat} dalam rangka memperjuangkan persamaan antara dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan. Feminisme, gerakan yang lahir akibat rasa 'frustasi' dan 'dendam' terhadap sejarah {Barat} yang tidak memihak kaum perempuan. Perempuan/wanita/awewe, diperlakukan sebagai warga negara kelas dua yang hanya dijadikan objek exploitasi sexual, penindasan dan diskriminasi.
Entah apa yang terjadi di dunia kaum hawa saat ini. Fenomena kekerasan, kemiskinan, diskriminasi, trafficking, menjadi sebuah relitas yang tidak terbantahkan. Ini bukan omong kosong belaka. Laporan UNDP tahun 1996 menyebutkan bahwa 70% dari 1,3 miliar penduduk yang dibawah garis kemiskinan adalah perempuan, 67% penduduk yang buta huruf pun dari kalangan perempuan. Sedangkan hasil angket the Body Shop menunjukkan 9 dari 10 perempuan mengaku pernah mengalami pelecehan, diskriminasi dan kekerasan, 6 dari 10 perempuan merasa dikekang oleh pasangannya, dan 5 dari 10 responden mengaku tidak bahagia menjadi perempuan. Dalam ekonomi pun diskriminasi terjadi terhadap perempuan, untuk kasus indonesia misalnya, upah perempuan kira-kira hanya 65-70% dari upah laki-laki dan total penghasilan perempuan hanya mencapai 25,3%. Sedang dalam sisi politik perempuan dianggap terdiskriminasi dari sisi kesempatan untuk duduk dalam posisi strategis pemerintahan, misalnya persentase perempuan yang duduk di parlemen di negara jepang hanya 6,7%, Singapura 3,7%, Amerika yang dianggap negara liberal pun hanya sekitar 10,3%, dan Indonesia memimpin dengan jumlah sekitar 12,2%.
Dari fakta-fakta diataslah, para feminis mengasumsikan sesungguhnya kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi. Oleh karena itu harus ada upaya mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian tersebut. Oleh karena itu pula, feminisme juga sering didefinisikan sebagai suatu ‘kesadaran’ akan penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan yang terjadi baik dalam keluarga, di tempat kerja, maupun di masyarakat dari situlah muncul tindakan sadar untuk mengubah hal tersebut.
Setelah berusaha mencoba mencari akar permasalahannya, maka para kaum feminis menyimpulkan bahwa dominasi budaya patriarkilah sumber permasalahannya. Budaya patriarki mengandung konsep bahwa laki-laki bersifat superioritas dan perempuan lebih bersifat inferior, yang menempatkan laki-laki lebih berkuasa dibandingkan perempuan. Terminologi yang lebih familiar dipakai oleh para feminisuntuk menyebut kondisi ini adalah ketimpangan, ketidakadilan, atau disparitas jender. Karena persoalan jender inilah yang mereka anggap sebagai biang keladi merebakanya stereotype, marjinalisasi, subordinasi dan kekerasan atas perempuan.
Ambivalensi Feminisme
Walau konsep feminisme mereka gaungkan terus menerus, hanya saja konsep kesetaraan jender yang mereka ungkapkan belum bisa menciptakan formula yang masuk diakal, sehingga diantara para feminispun, masih terjadi polemik. Apakah kesetaraan jender berarti memiliki kedudukan yang setara dengan pria di segala sisi kehidupan, tapi mereka pun bingung soalnya disisi lain mereka meminta cuti haid atau hamil yang pria tidak akan pernah dapatkan. Sehingga orang-orang akan bertanya apa sih yang mereka inginkan sebenarnya?.
Efek dari merebaknya ide feminisme ini adalah kehancuran tatanan sosial masyarakat, karena ide feminisme yang menginginkan adanya empowerment (pemberdayaan) terhadap perempuan menuntut adanya kesamaan kedudukan sepenuhnya dengan pria di segala bidang. Padahal mau tidak mau kita harus mengakui bahwa terdapat perbedaan fisik dan psikologis antara perempuan dan pria. Karena perbedaan tersebutlah peran yang diberikan oleh Sang Pencipta berbeda pula. Tidak mungkin pria menggantikan peran melahirkan dari seorang ibu, atau menggantikan peran menyusui.
Kitapun harus memahami bahwa peran yang diberikan kepada perempuan bukanlah peran-peran yang dianggap submarjinal oleh para kaum feminis. Kaum feminis menganggap bahwa peran perempuan sekarang lebih rendah kedudukannya dibanding seorang pria. Padahal kalau mau kita berpikir sekali lagi, sesungguhnya kontribusi perempuan terhadap negara amatlah penting, karena dialah yang melahirkan pemimpin-pemimpin negaranya, dialah yang pertama mengajarakan tentang kasih-sayang, cinta, empati, nilai kebenaran. Jikalau perempuan tidak mau lagi memegang peran penting tersebut, dan menyerahkan perannya tersebut pada lembaga negara alayaknya yang terjadi di Swedia, maka akan dihasilkan suatu generasi yang penuh dengan kekerasan tanpa cinta dan kasih-sayang.
satu hal lagi yang harus kita perhatikan, jika perempuan tidak mau lagi berperan sebagai seorang ibu yang melahirkan dan mendidik anak, niscaya dunia ini benar-benar menuju kebinasaan. Hal ini dapat kita lihat di Negara Jerman, disana tingkat pertambahan penduduknya bernilai minus, hal itu karena mereka baik pria maupun perempuan malas untuk menikah karena mereka bisa memuaskan hasrat seksualnya di luar pernikahan, dan mereka juga tidak mau dibebani tanggung jawab jika mereka sudah menikah terutama mengasuh anak.
Oleh karena itu, ide-ide feminisme merupakan ide yang absurd yang tidak akan menyelesaikan permasalahan, malah memperburuk permasalahan itu sendiri. Konsep tersebut tidak lain adalah konsep yang muncul dari pemikiran yang dangkal (pemikiran yang hanya melihat dari satu fakta tanpa mengkaitakan dengan fakta atau informasi lainnya). Feinisme pun tidak terlepas dari ideologi kapitalisme, yang membuat mereka hanya melihat dari segi untung-ruginya saja menurut pandangan mereka sendiri. Padahal peran perempuan yang mereka anggap rendah tersebut merupakan peran yang amat vital bagi tatanan sosial suatu negara.
Kalau kita mau berpikir jernih dan merenung sesaat, kita akan memahami bahwa tindakan kekerasan, dan ketidakadilan terhadap perempuan adalah satu fenomena dari banyak fenomena ketidakadilan yang diciptakaan oleh sistem saat ini. Karena sistem saat ini tidak memiliki perangkat-perangkat hukum yang dapat mencegah kekerasan, penindasan, trafficking terhadap perempuan. Sistem sekarang malah membuat perempuan layaknya sebuah komoditas ekonomi, sehingga pengeksploitasian perempuan begitu mudah terjadi. So jika menginginkan solusi, bukanlah dengan memperjuangkan ide-ide feminisme yang menuntut persamaan secara total antara lakai-laki dan perempuan karena pada dasarnya laki-laki dan perempuan itu berbeda. Tapi yang seharusnya kita lakukan adalah memperjuangkan agar diterapkan sebuah sistem yang dapat mengayomi seluruh rakyatnya termasuk didalamnya kaum perempuan. Dan Revolusi Pemikiran lah Jawabannya.
/ Sabtu, Februari 11, 2006 0 komentar
Kategori: Opini