Kamis, 10 Agustus 2006

Segelas Susu

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu
tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?" Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata:"Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda."

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Horward Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu.

Ia langsung mengenali itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali keruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan....Wanita itu sembuh!! Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya kekamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa Ia tak akan mampu membayar tagihan tesebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.."Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!!" tertanda, Dr Horward Kelly.

Air mata kebahagian kehilangan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."

Sekarang terserah anda, Anda dapat mengirimkan pesan cinta ini kepada orang lain, atau mengabaikannya dan perpura-pura bahwa kisah ini tidak menyentuh hati Anda.

Sumber: dari kiriman email seorang teman. - dream blog -

Minggu, 06 Agustus 2006

Momok Hiyong

Momok hiyong si biang kerok
Paling jago bikin ricuh
Kalau situasi keruh
Jingkratjingkrat ia
Bikin kacau dia ahlinya
Akalnya bulus siasatnya ular
Kejamnya sebanding nero
Sefasis hitler sefeodal raja kethoprak
Luar biasa cerdasnya
Di luar batas culasnya
Demokrasi dijadikan bola mainan
Hak azazi ditafsir semau gue
Emas doyan hutan doyan
Kursi doyan nyawa doyan
Luar biasa
Tanah air digadaikan
Masa depan rakyat digelapkan
Dijadikan jaminan utang
Momok hiyong momok hiyong
Apakah ia abadi
Dan tak bisa mati?
Momok hiyong momok hiyong berapa ember lagi
Darah yang ingin kau minum?

(30 september 96)
Widji Thukul

Sabtu, 29 Juli 2006

Cinta & Perkawinan Menurut Plato

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?
Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta”

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)” Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”

Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, “Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?” Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?” Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”

Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”.

Selasa, 27 Juni 2006

Kampus Muak!

Aku muak denganmu. Aku muak mendengar celoteh remeh temeh kalian. Aku datang ke sini bukan untuk itu, taukah kalian? Aku dan orang-orang yang kucintai telah berkorban agar aku bisa ada di sini! Tapi ternyata lihat apa yang kudapat.. Sekelompok orang dungu yang berkoar-koar tentang ilmu. Sebentar. Jadi itukah yang kalian sebut ilmu? Heh? Yang benar saja! Itu hanya lelucon yang cocok kau dengungkan untuk anak ingusan, bego!

Aku berpikir, aku ada di sini hanya untuk mendapatkan huruf-huruf atau angka-angka yang sama sekali tak berarti. Aku berada di sini hanya untuk meraih gelar simbolis sampah. Karena aku salah jika aku mengharapkan ilmu di ruang yang penuh dengan kemunafikan ini.

Aku ingin segera pergi dari sini!

----

Hari ini aku kembali jalan-jalan ke salah satu tempat favoritku, sebuah danau buatan di dalam kampus Unhas. Menurutku tempat ini adalah tempat terindah yang ada di kampus Unhas. Suara kicau burung lebih sering terdengar ketimbang suara bising kendaraan, atau suara gosip yang sering terdengar dari koridor-koridor kampus.

Di sini tidak ada kemunafikan. Segala sesuatunya berjalan dengan semestinya. Segala yang ada di sini bertingkah sebagaimana adanya.

Daun-daun melambai lembut tertiup angin, begitulah mereka apa adanya. Capung-capung terbang merendah di atas air. Kaki-kakinya yang kecil mungil menyambar dan membentuk gelombang halus di permukaan air, dan memang begitulah mereka seharusnya. Mereka adalah sesuatu yang mempunyai harga diri.

"Aku mencintai sesuatu yang mempunyai harga diri. Alam memilikinya. Oleh karena itu, aku mencintai alam."

Kampus mulai sesak dengan kepura-puraan. Lihatlah model rambut ala vokalis band yang lagi naik daun. Coba dengar sorak sorai dari kantin. Sekarang mahasiswa lebih senang memegang kartu domino ketimbang buku. Dan lebih parah lagi, celana jeans superketat yang diadopsi dari acara-acara TV, di mana si pemakai tidak canggung sama sekali ketika belahan pantatnya tersingkap. Betapa jelas terlihat kepincangan kampus ini. - dream blog -

Selasa, 20 Juni 2006

Di Balik Kontes Adu Bakat

Dari awal saya jujur tidak suka dengan acara-acara seperti kontes AFI. Mereka menjual mimpi kepada para pemuda Indonesia. Dengan iming-iming menjadi orang terkenal, menjadi artis, kebanyakan dari kami mengorbankan apa yang kami miliki, tapi lihat hasilnya. Re-post dari postingan udung.blogspot.com ini mungkin dapat membuka mata kita pada realitas yang terjadi.

-------

Dibalik Kontes Adu Bakat

re-post dari postingan kaskus.com
http://kaskus.com/showthread.php?t=314260
dari irchfan - Radmilla, Node A Level IV Kampus FEMA IPB

Derita para Peserta AFI

Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang personel AFI (Akademi Fantasi Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gw juga dapat cerita seru dari kehidupan mereka.

Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau ketika nongol di teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan.

Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah. Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms putera-puteri mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan seberapa besar orang tua mereka sanggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua Alfin dan Bojes abis 1 M. Namun mereka orang kaya, biarin aja.

Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 2005) yang tereliminasi di minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit mahal RP 500.000. Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan kamar mandi pun di luar. Makannya sekali sehari. Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem and kehidupan glamor, lha makan aja susah.

Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll.

Mereka teikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga bisa cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti Jovita dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang dapat job. Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah. Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya bahkan cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh. Mereka ga berani minjem banyak karena takut ga bisa bayar.

Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di televisi. Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh Indosiar. Namun tidak ada jaminan hidup sama sekali. Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak menentu. Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada mereka.

Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu. Kasian orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan seperti ini. Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos dalam audisi AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia akan membuat orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang tidak akan terbayar sampai kontraknya habis.

*************************************
beda AFI, & mungkin IDOL di Indonesia ama di Amrik...

masih berminat untuk ikutan kontes adu bakat ?? - dream blog -

Selasa, 06 Juni 2006

Hari Ulang Tahun

Seharusnya kita tidak usah begitu peduli dengan hari lahir atau hari ulang tahun kita, yang kedatangannya setahun sekali itu. Tapi kita seharusnya jauh lebih peduli dengan hari mati atau ajal kita, yang kedatangannya bisa kapan saja.

Kamis, 18 Mei 2006

Daftar Kekurangan

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.


Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia....."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir. "Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya. "Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang.... "

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya...

Ia menunduk dan menangis.....

Jumat, 28 April 2006

Ironi Negeriku

Indonesia membayar utang luar negeri sebesar Rp71,9 trilyun, yang terdiri dari pembayaran cicilan pokok Rp46,8 trilyun dan pembayaran bunga Rp25,1 trilyun. Beban tersebut setara dengan 2,8 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk pendidikan, 10,6 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk kesehatan, 32,7 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk perumahan dan fasilitas umum, 119,8 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk ketenagakerjaan, 27,7 kali pengeluaran pemerintah pusat untuk lingkungan hidup. Ironis memang, tiap rakyat yang ada di sini memikul utang. Bahkan tiap rakyat yang belum ada, dengan kata lain yang belum lahirpun sudah memikul utang. weleh. - dream blog -

Selasa, 11 April 2006

Puncak Pembuktian Cinta

Menurutku, puncak pembuktian cinta oleh seorang lelaki kepada seorang perempuan pujaannya adalah bukan dengan menyatakan cinta (dalam bahasa gaul, nembak), dan kemudian memacarinya; tetapi dengan datang ke rumahnya untuk berbicara kepada orangtua dari perempuan yang dikasihinya, melamarnya, dan kemudian menikahinya. Itulah perbuatan sejati dari seorang lelaki yang mencinta.


Kalau memang kita cinta kepadanya, kenapa harus ada istilah pacaran? Proses saling menjajagi? Apa benar cinta semurah itu? Harus dijajagi dulu dengan proses pacaran, dan kalau tidak cocok, putus, lalu cari yang lain lagi? (bisa-bisa yang tersisa tinggal bekasnya orang nih). Aku jadi ingat semboyan 'habis manis sepah dibuang'.

Atau supaya bisa saling kenal dan saling tahu karakter diri masing-masing? Apa benar dengan pacaran itu bisa terwujud? Yea, tentu bisa, asal proses pacarannya gak ada bedanya dengan hubungan suami istri. Dodol! Kalau mau saling kenal dan tahu karakter masing-masing caranya ya menikah! Pasti berhasil tahu sampe detil-detilnya! Pacaran adalah tidak lebih dari 'sebuah proses hubungan antara lelaki dan perempuan yang tidak sah' dengan mengatasnamakan 'cinta' untuk memuaskan nafsunya. Nafsu kuda yang diperhalus!

Hanya saja aku kecewa, budaya bangsa kita di sini, terutama di wilayah timur ini begitu feodalis dan masih mengedepankan EGO dan GENGSI. Menikah dipersulit alias tidak mudah. Mau menikahi si A, orangtua harus dari keturunan 'darah biru'.. atau maskawin sekurang-kurangnya 40 juta.. atau minimal udah punya penghasilan tetap.. atau.. atau... Sistem bobrok..

Di masa kepemimpinan Umar, seorang pemuda sudah bisa menikahi gadis yang dikasihinya hanya dengan maskawin 'membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an'.

Adakah orang yang sependapat denganku di luar sana? Atau lagi-lagi hanya aku sendirian? - dream blog -

Rabu, 05 April 2006

Filosofi Mendaki Gunung

Jika kau ingin tahu lebih jelas mengenai sifat asli orang-orang dekatmu, ajaklah ia mendaki gunung. Di atas sana, kau akan menemukan bahwa kau tidak bisa menyembunyikan karakter aslimu. Kau akan menjadi dirimu sendiri, sepenuhnya. Jika egois, maka di atas sana kau akan egois. Jika penakut, maka di atas sana kau pun tidak akan bisa menyembunyikan ketakutanmu. Jika kau pengeluh, maka kau tidak akan berhenti mengeluh sepanjang perjalanan. Dari situlah kita akan semakin tahu kekurangan dan kelebihan diri masing-masing, dan kemudian kita bisa saling introspeksi diri.

Dan di atas sana, di tengah-tengah angin yang menderu-deru, di antara jurang yang berujung kelam, omong kosong kalau kau tidak bicara tentang Tuhan. Kau akan menyadari seberapa kecil dan lemahnya dirimu di tengah hamparan alam semesta. - dream blog -