Hukum kausalitas atau sebab-akibat adalah sebuah dalih populer yang dipakai untuk menyangkal keberadaan Tuhan. Pertanyaan dari mana segala yang ada ini berasal akan berhenti pada satu titik, yaitu kata Tuhan, Tuhan, dan Tuhan... Jika semua ini berasal dari Tuhan, jadi Tuhan berasal dari mana? Berarti ada Tuhan sebelum Tuhan? Bagaimana mematahkan argumen bego ini?
Filsafat materialisme beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada ini sudah ada sejak dulu dan akan terus ada selamanya (tidak ada awal dan akhirnya), dan oleh karena itu, menyangkal proses penciptaan (yang selanjutnya dipakai juga untuk menyangkal keberadaan Sang Pencipta) dan hari kiamat. Mereka berkedok ilmiah dan sains dengan melandaskan diri kepada teori-teori evolusi-nya Darwin. Ironisnya, anggapan ini juga digugurkan oleh penemuan ilmiah terbaru yang terbukti kebenarannya: Teori Big Bang. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari peristiwa Ledakan Besar sebuah titik yang bervolume nol dan berkerapatan tak terhingga. Dalam ilmu matematika, nol sama dengan tidak ada, dengan kata lain alam semesta ini pernah tidak ada dan kemudian di-ada-kan oleh kekuatan MahaCerdas, melalui peristiwa Big Bang.
Lagi-lagi waktu membuktikan bahwa filsafat materialisme dan teori Evolusi Darwin tidak lebih dari sampah sejarah. Bahkan lebih tidak berguna dari sampah, karena sampah itu masih bisa didaur-ulang.
Anggaplah sebuah penggaris adalah alam semesta beserta segala isinya. Salah satu ujungnya adalah awal penciptaan dan ujung yang satunya adalah akhir dari alam semesta; jarak antara ujung awal dengan ujung akhir adalah perjalanan waktu atau rentetan peristiwa. Aku berada di luar penggaris itu, sehingga bisa mengetahui peristiwa-peristiwa di bagian manapun dari penggaris itu. Aku mau menganalogikan secara sangat sederhana bagaimana Tuhan melihat alam semesta beserta segala isinya ini. Menurutku begitulah Tuhan melihat semua ini. Tuhan yang menciptakan ruang dan waktu, alam semesta, maka apakah Dia mutlak harus ikut terperangkap di dalam ruang dan waktu, alam semesta ini? Tentu tidak. Sebaliknya, manusia dan segala yang ada ini terikat dalam konteks ruang dan waktu sehingga tidak punya kuasa atas masa lalu dan masa depan. Yang kita punya hanya sekarang.
Kembali, 'hukum kausalitas' jika dieksekusi dengan argumennya sendiri, ujung-ujungnya kembali ke Tuhan. Kesimpulan akhir adalah 'hukum kausalitas' di-ada-kan oleh Tuhan. Nah, sama halnya dengan konsep 'Tuhan yang meng-ada-kan ruang dan waktu maka Dia tidak mutlak harus terperangkap di dalamnya dan terikat di konteksnya', berarti itu juga berlaku kepada hukum kausalitas: 'Tuhan yang meng-ada-kan Hukum Kausalitas maka Dia tidak mutlak harus terperangkap di dalamnya dan terikat di konteksnya'. Atau sederhananya begini, Hukum Kausalitas tidak bisa digunakan untuk menghakimi Tuhan karena secara langsung atau tidak langsung Tuhan-lah yang meng-ada-kan hukum kausalitas itu. Tuhan adalah Pencipta, hukum kausalitas adalah 'yang diciptakan'. Masa' ciptaan mendikte penciptanya? Mungkinkah hukum kausalitas itu, yang ada atas kehendak Tuhan tentunya, bisa menghakimi Tuhan itu sendiri? - dream blog -
Sabtu, 04 November 2006
Hukum Kausalitas
/ Sabtu, November 04, 2006 7 komentar
Kategori: Opini
Kamis, 26 Oktober 2006
Our Manifesto
Akhir-akhir ini aku begitu merindukan saudaraku, Nas. Sudah sekitar 5 tahun aku tidak bertemu dengannya, ngobrol, berdiskusi mengenai apa saja yang menarik, atau bercerita tentang kenangan masa kecil. Bersamanya merupakan momen yang sangat berharga yang pernah kurasakan. Ia adalah kakak merangkap teman bertukar pikiran.
Teringat masa kanak-kanak kami dulu. Kami sering berdiskusi mengenai hal-hal yang mungkin sangat jarang dibicarakan oleh anak-anak seumuran kami waktu itu. Ketika anak-anak lain mungkin sedang membicarakan tentang 'siapa yang berhasil menangkap layangan putus itu sore lalu', kami membicarakan mengenai 'seberapa luas sebenarnya alam semesta ini', atau 'apa itu Black Hole'. Bahkan pembicaraan kami sampai pada 'kemungkinan adanya makhluk hidup lain di luar tata surya kita'.
Huahaha.. Lihatlah! Dua anak ingusan bersaudara itu mencoba menggunakan otak mungilnya untuk berfikir semendalam itu! Dua anak kecil itu membicarakan hal-hal yang bahkan orang dewasa pun enggan untuk memikirkannya.
O, tidak, bukannya kami pada saat itu tidak bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman sepermainan kami. Bukan kami berdua mengisolasi diri dalam rumah, bukan begitu. Kami selalu berkelana dengan anak-anak lain sampai jauh dari rumah dan bahkan pernah tersesat pulang, hanya untuk mengejar seekor kupu-kupu. Kami sering bermain "ma'cincillojo" sampai matahari di atas kepala kami tersenyum melihat keceriaan kami. Halaman rumahku adalah ajang tempat bermain kelereng yang selalu ramai bersama teman kecil kami dulu. Kami adalah figur kecil yang disuka karena kami jujur dan tidak pernah curang dalam bermain, walaupun kadang-kadang kamilah yang dicurangi.
Kami berdua hanya manusia kecil yang baru beberapa tahun ada di dunia ini, dan ketika hadir, begitu terkagum-kagum oleh hidup dan kehidupan. Kami terpesona melihat sekuntum bunga yang tumbuh sendirian di antara semak belukar di bawah pagar yang rapuh. Kami kagum keheranan melihat anak kecil lain yang tidak kami kenal dan berpikir 'betapa jauh lebih miripnya kami dengan dia ketimbang berbeda'. Kami bergandengan tangan menelusuri jalan-jalan berkelok dan mengamati segala sesuatu yang kami lewati sepanjang perjalanan. Memperhatikan iring-iringan semut yang kemudian meninggalkan makanan besar mereka dan mulai berlarian panik ketika kami menghembuskan udara ke arah mereka. Kami hanyalah anak kecil yang penuh dengan rasa keingintahuan tentang segala hal, tetapi mereka menyebut kami anak nakal.
Mungkin. Bisa jadi kami memang anak nakal. Berarti kenakalan kami adalah rasa keingintahuan kami. Berarti kenakalan kami adalah menjadi lebih tahu tanpa mau sok tahu seperti yang orang-orang dewasa sering lakukan. Kenakalan kami adalah mengisi tempurung kepala kami yang selalu 'lapar' akan segala bentuk pengetahuan, di mana pada saat yang sama anak-anak lain mengisi perut mereka yang juga lapar akan segala bentuk jajanan.
Rabu, 25 Oktober 2006
IED Mubarak
Hari ini, takbir, tahmid tahlil berkumandang memenuhi jagat raya, tak kuasa tuk membendung air mata, teringat akan dosa-dosa, ma'afkanlah aku sahabatku. aku akan berusaha untuk tidak mengulangi kekurangan di lain waktu, SELAMAT HARI RAYA IEDUL FITRI 1427 H. Mohon Ma'af lahir & bathin.
Hari ini aku mempertanyakan kembali idealisme mahasiswa yang dulu menjadi jubah kebanggaanku. Apakah itu murni idealisme ataukah hanya ego masa muda? Entahlah. Buat mereka yang dipukuli oleh aparat karena memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, buat mereka yang tidak menggadaikan idealismenya demi kenikmatan yang fana, buat mereka yang rumah-rumahnya tergenang oleh 'lumpur-lumpur panas kapitalisme', buat mereka yang telah mencapai titik di mana tidak mau menyerah melawan kebobrokan, apapun yang terjadi, kalian tetap sahabatku...
/ Rabu, Oktober 25, 2006 0 komentar
Kategori: Diari
Senin, 09 Oktober 2006
Surat Yang Tidak Pernah Sampai
Assalamualaikum.
Sebelumnya aku ingin minta maaf. Aku ingin menceritakan sesuatu kepadamu. Mungkin ini kedengarannya lucu, konyol, bodoh. Tapi hal itu justru sangat mendorongku untuk menuliskan surat ini. Dan sebenarnya aku berharap, kamu tidak akan pernah membuka lembaran ini, karena ada hal di dunia ini yang kita tidak harus mengetahuinya.
Malam itu, aku bermimpi. Aku bermimpi tentang dirimu. Mimpi yang membuatku bahagia bercampur sedih. Bahagia karena aku bersamamu, walaupun hanya dalam mimpi. Sedih, karena ternyata mimpi itu tidak berakhir seperti yang aku inginkan.
Ketika aku terbangun, tiba-tiba aku merasakan kerinduan yang amat sangat kepadamu. Serasa aku ingin kembali ke mimpi itu dan ingin segera bertemu denganmu lagi. Lama sekali aku memandangi langit-langit kamar, berfikir gerangan apa yang aku rasakan? Mengapa tiba-tiba aku merindu? Dan tak terasa aku menitikkan air mata.
Ketahuilah. Akulah orang yang paling sering memandangimu dari kejauhan. Seandainya bangku-bangku kayu itu adalah makhluk hidup, mereka pasti tahu itu. Tiap sudut di lorong-lorong koridor yang suram, mereka akan membenarkan itu. Mereka tahu kalau aku memandangimu lama sekali. Tapi ketika kamu membalas tatapanku, aku tertunduk. Aku merasa tidak pantas disoroti oleh kemilai keindahanmu. Aku memang bodoh. Aku seharusnya mengucapkan salam. Atau paling tidak, memberikan senyuman. Tapi tidak tahu mengapa, aku tidak bisa saja.
Aku menulis ini, aku hanya ingin menumpahkan perasaanku saat ini. Aku tidak berharap kamu membalasnya, atau menyapaku ketika kita bertemu lagi suatu saat nanti. Aku bahkan berharap kamu tidak pernah mengetahui keberadaan tulisan ini. Biarlah kerinduanku ini kutumpahkan lewat tulisan ini. Atau lewat orang-orang dekatku di dunia nyata dan dunia maya.
Rabu, 27 September 2006
Manifesto Fantasi
Kalo ada satu pergerakan yang sempat menggoncang dunia internasional maupun nasional, itulah komunisme. Gerakan yang satu ini emang bikin orang ngeri. Pasalnya, Lenin telah membunuh jutaan orang Sovyet untuk Revolusi bolshevijk-nya, dan PKI sukses membunuh sembilan jenderal demi kekuasaan.
Kenapa? Kenapa begitu gampangnya mereka menghilangkan nyawa manusia? Karena bagi mereka manusia tidak lain merupakan seonggok materi kumpulan atom-atom yang hidup atau matinya sama aja, mereka adalah materi. Semuanya sama: materi. Ini sudah jelas, lha wong si Marx aja ngeklaim bahwa teori evolusinya Darwin adalah landasan ideologis bagi filsafat materialisme-nya.
Sekelompok orang tergiur oleh pemikiran Karl Marx. Mereka adalah orang-orang skizofrenia akut (supercrazy) yang percaya bahwa semua benda di alam semesta ini sama, yaitu materi, berawal sebagai materi, dan berakhir sebagai materi. Itulah sebabnya, otak mereka sama dengan t*i mereka! Makanya mereka jadi gila!! Orang-orang seperti Lenin, Stalin, Fiedel Castro, Che Guevara, Muso, Aidit, Mao Tse Tung adalah orang-orang gila, jelema2 gelo, wong edan yang berharap bisa menggulingkan pemerintahan di setiap negara lalu menguasai dunia di bawah diktatorisme mereka, lalu merealisasikan filsafat sosialisme mereka!
Mereka emang pernah berhasil. Uni Sovyet pernah berdiri di eropa sampai Asia tengah. Adidaya, lalu mereka merasa lebih hebat dari Tuhan. Maka dihancurkannyalah masjid-masjid dan gereja-gereja, menorehkan doktrin atheisme di segenap penjuru negeri. Ya, Sovyet memang adidaya, tapi adidaya pecundang! Sovyet cuma bertahan 72 tahun, abis itu rontok, ambruk! Kenapa? Karena begitu utopisnya cita-cita sosialisme mereka. Mereka pikir segala hal bisa disamakan begitu saja, bisa dihomogenkan. Ini kan gila. Skizofrenic! Dasar otak mereka emang t*i!
Mulut mereka berbusa dengan slogan "pertentangan kelas". Dan mereka mengklaim diri mereka adalah pejuang-pejuang, pahlawan-pahlawan, untuk kaum proletar. Maka dihimpunkannyalah kaum buruh dan tani. Lalu mereka semua diberi senjata. Dengan iming-iming kesejahteraan, provokasi dihembuskanlah, dan terjadilah pemberontakan. Inilah yang mereka sebut revolusi. Padahal itu tidak lain tangisan anak kecil yang minta popoknya diganti!
Sekarang paham mereka merasuk ke LSM-LSM, juga ke komunitas-komunitas underground. Selain itu, akhir-akhir ini juga mulai ada partai-partai yang berbau busuk komunis dengan berbaju karakyatan dan demokrasi, muncul ke permukaan. Mereka berharap bisa bangkit dan mewujudakan idealisme-sosialisme mereka. Namun percayalah teman-teman, mereka tuh cuman mimpi di siang bolong, mereka tuh cuman berangan-angan, cuman berkahayal, cuman berFANTASI!
Karena ideologi komunis-materialisme selamanya tidak relevan. Sistem sosialisme selamanya tidak akan memberikan solusi apapun bagi penderitaan proletar maupun bagi umat manusia. Tidak, tidak akan. Hanya sistem yang sesuai dengan akal dan fitrah manusia sajalah yang dapat menjawab semua problem yang ada. Sistem dan metode yang pernah berjalan di atasnya generasi terbaik di bawah pengajaran manusia terbaik yang menerima wahyu dari pencipta langit dan bumi. Sistem inilah yang akan membuat muka-muka jelek pemuja Che Guevara gigit kuku jari jungkir balik karena menyadari bahwa mereka selama ini cuma mengada-ada.
Kamis, 21 September 2006
Cewek Hedon
Cewek hedon..
Penampilan modis lagaknya mirip artis
Gonta ganti HP merk Sony-Ericsson
Ditanya ini-itu cuman bisa mringas-mringis
Otak buntu kebanyakan nonton sinetron
Gosip selebritis, kuis, dan acara hedon sejenis
Anjrit!
Cantik-cantik kok stupit
Bisanya ngabisin duit pake kartu kredit
Pusing 7 keliling ama urusan perawatan kulit
Watak pelit, gak pernah ngerasain hidup sulit
Baca buku dikitlah biar tuh wawasan gak sempit
Jangan cuma komik serial cantik atau novel Teenlit
Soal invasi Israel doi gak peduli
Asal masih bisa party, happy-happy tiada henti
Baca berita jarang kecuali yang berbau tsunami
Karena gw tau pasti, loe takut keburu mati!
Berharap ada terapi yang bisa bikin hidup abadi
Jangan mimpi!
Hua! Beginikah potret mudi generasi kini?
Harga diri terbeli oleh hegemoni kapitalisasi?
- dream blog -
/ Kamis, September 21, 2006 0 komentar
Kategori: Syair
Sabtu, 16 September 2006
Ultah ke-50 Unhas: Bagi-Bagi Bogem Mentah
Baru-baru ini unhas membuat pesta besar dalam rangka ulang tahunnya yang ke-50. Dalam pesta tersebut ada yang bahagia ada pula yang bersedih. Tapi aku mengatakan bahwa pesta ulang tahun yang dibuat oleh birokrasi kampus tersebut, seperti “orang tua yang berulang tahun tanpa melibatkan anak-anaknya”.
Pada acara tersebut tepatnya sabtu, 9 september 2006, yang bertepatan pula dengan datangnya 02 RI; Yusuf Kalla, beberapa mahasiswa merayakan ulang tahun unhas dalam versi yang berbeda, yaitu dengan melakukan aksi damai dan bagi-bagi selebaran yang berkaitan dengan isu ke-unhas-an; dalam hal ini mereka mencoba menggambarkan sisi lain dari unhas, seperti fenomena dosen malas, dosen proyek, serta beberapa kebijakan yang tidak berpihak kepada mahasiswa dan rakyat kecil. Tetapi mimpi apa kita semalam, “orang tua-orang tua” kita yang ada di birokrasi kampus justru menganggap bahwa mahasiswa yang melakukan aksi damai tersebut adalah oknum-oknum yang harus dibersihkan karena merusak citra unhas katanya, sehingga teman-teman mahasiswa yang merayakan ulang tahun kampusnya dengan cara yang berbeda tersebut dibersihkan (dikejar, digebuki kayak pencuri ayam, bahkan diculik) oleh Paspampres, Polisi, Tentara serta satpam yang mungkin memang digaji untuk menjaga kekuasaan. - dream blog -
/ Sabtu, September 16, 2006 0 komentar
Kategori: Diari
Senin, 04 September 2006
Solidaritas Untuk Mahasiswa Kehutanan Unhas
Adigum bahwa Universitas Hasanuddin adalah kampus terbaik dan terkemuka (dalam hal kapasitas akademik dan profesionalisme) di Indonesia Timur harus dipertanyakan kembali. Daftar panjang catatan kelam dunia pendidikan di kampus ini nampaknya tak kunjung berakhir. Setelah sekian banyak ketimpangan yang 'terang-terangan' menciderai aspek intelektualitas yang selama ini digembar-gemborkan - mulai dari bobroknya pengelolaan transparansi anggaran sampai pada kualitas sistem pendidikan yang tak pernah baik - kini birokrasi kampus mulai menunjukkan sikap represif dan intervensif terhadap lembaga kemahasiswaannya.
Betapa tidak, preseden buruk inipun menimpa Badan Eksekutif Mahasiswa Kehutanan (Sylva Indonesia PC. Unhas), ketika mencoba mengapresiasikan ketidaksepakatannya terhadap kebijakan birokrasi di jurusan Kehutanan. Berawal dari, kebijakan jurusan yang secara sepihak memaksa mobilisasi mahasiswa kehutanan ke Hutan Pendidikan Unhas (Bengo-bengo, Kab. Maros) dalam rangka menyukseskan penyerahan sumbangan rusa oleh beberapa pejabat daerah. Anehnya, pemaksaan ini dibarengi dengan dalil naif bahwa siapapun yang tidak mengikuti kegiatan tersebut akan terancam nilai matakuliahnya. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pengalihan matakuliah ke tempat tersebut, lagi-lagi dengan alasan yang irasional dan tak memiliki korelasi apa-apa yaitu: demi suksesnya kegiatan tersebut.
Implikasinya pada aksi damai oleh BEM Kehutanan untuk menolak kebijakan birokrasi tersebut - sesuatu yang seharusnya wajar dan alamiah di tengah-tengah tuntutan transparansi di negeri ini. Aksi tersebut mengusung dua tuntutan yaitu; a) Transparansi pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas, dan b) Menolak mobilisasi untuk mengikuti matakuliah umum di tempat tersebut. Bukannya mencoba membuka ruang komunikasi dan partisipatif terhadap aspirasi mahasiswa ini, birokrasi jurusan malah menunjukkan sikap antipati serta keras kepala dengan mengeluarkan kebijakan fatalis dan sangat merugikan mahasiswa yaitu 'meng-error-kan' seluruh matakuliah yang sedang diikuti oleh 12 orang mahasiswa, hanya karena alasan mereka adalah 'dalang' dari aksi damai tersebut.
Ironis memang, kebijakan keras ini tentunya tak bisa dibiarkan sebab sesungguhnya tak ada hubungan apa-apa antara ancaman penilaian dalam proses akademik dengan kebebasan mahasiswa untuk menyatakan pendapatnya. Apalagi ini menyangkut independensi lembaga kemahasiswaan dalam berekspresi dan berkreatifitas. Bahkan kebijakan ini berbuntut pada terancam DO (Drop Out)-nya beberapa mahasiswa pada Evaluasi Akademik I (empat semester).
Sayangnya, berbagai cara diplomasi dan persuasif yang ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan ini tak pernah ditanggapi serius, bahkan tak jarang birokrasi kampus malah melempar-lempar tanggungjawab. Ini menunjukkan sikap otoritarianisme oleh seluruh jajaran kampus ini.
Sikap yang sama kembali diperlihatkan oleh birokrasi kampus dengan tetap tidak mengindahkan tuntutan mahasiswa (aksi SMUK, jum'at, 11/08) untuk menyelesaikan intervensi dan kejahatan akademik di jurusan Kehutanan. Padahal, secara terbuka birokrasi kampus (PR I) telah mengakui adanya 'surat sakti' hasil rapat jurusan untuk mengintervensi nilai matakuliah kedua belas mahasiswa yang terlibat aksi tersebut. Fakta tersebut ternyata tak menggugah jajaran birokrasi kampus ini untuk mengembalikan hak mahasiswa.
Ingat, gelombang perlawanan akan semakin membesar seiring dengan watak keras jajaran birokrat kampus ini. Mari berkata tidak atas kesewenangan terhadap kemanusiaan kita. - dream blog -
/ Senin, September 04, 2006 0 komentar
Kategori: Opini
Jumat, 25 Agustus 2006
The Sleeping Giant
Konstruksi dialektisis analisa raincorp
Intelengensi mutakhir legenda fakta konspirasi terkorup
Ion fitnah mulai hitamkan aktor
Monopoli pers kelabui makna subjektif teror
Spionase dan sabotase
Setiap barikade konsumtif morse
Ide terbidak Pentagon samarkan kode
Vietnam hingga Afganistan, Kuningan, Baghdad dan Palestina
Marriot, Bali, Sudan hingga Chechnya
Warisan peluru dari misteri nyawa John F Kennedy
Konspirasi sepanjang masa
Neraka arogansi adi daya tunggal hendak berkuasa
Demokrasi dunia para pelacur Lucifer
Proyek order tender pembantaian wajib merger
Deklarasi Balford dan penghianatan terbarter
Kultur sesat di pusat Zoroaster
Eksklusifitas infiltrasi teritorial Freemansonry
Parsial rasialis di setiap kontribusi genosida
Teokrasi di sumbu teritori tanpa batas
Hiforgensi ras dan kesenjangan kelas
Liberalis pasar modal clubelisasi terbebas
Membakar batas monopoli ekonomi kelas atas
Setiap jerit kekuatan manipulasi kapital disana
Di atas tanah busung dada Colombus
Diantara degradasi moral kebenaran yang kian mampus
Pentagon atau di gedung putih Washington
Strategi teroris dunia sebenarnya beraksi
Mainkan invasi
Dari busuknya sebuah konspirasi
Maka PBB adalah nostalgia
Mitos kepemilikan Demokrasi beribu liter darah
Konstruksi monumental
Proporsi berdalih menetralisir
Kemunafikan teroris abadi yang terorganisir
Fitnah pemusnah masal
Disetiap atraksi sang pembunuh tanpa wajah
Komprador devide et impera
Obral mengobral nyawa
Kriminalisasi ekonomi kelabu yang tertata
Pecinta tata
Di atas kamuflase sensasi CNN
Kosovo Balkan dan fitnah Al Qaeda menjadi tren
Antara pipa minyak dan bank dunia
Kepentingan struktur intelektual wall Street
Bursa efek yang menjadi bursa darah jutaan umat manusia
Diktatoriat pintu pembuka armagedon dunia
Revolver bisnis
Pedagang senjata, kokain dan CIA
Otak jelata intisari teroris dunia
Ambigu Spielberg dan cuci otak kosong Saving Private Ryan
Fantasi yang terjebak invasi baru
Batalyon Dreamwork dan Universal Studios
Phsycho motorik hedonisme intelegensi nol besar
Konklusi loyalitas yang terjebak sinkrenitas moderatik
Parasit warisan dinasti Rotschild
Jaringan Soros Proloton
Budaya dan ekonomi sebagai poros proton
Berlin baru di sungai Nil hingga Tiggris
Ketika teroris berteriak teroris
Genetika penglaris katalog darah
Bagi tanah para nabi yang terjajah
Maka bangunlah para biarawan malam
Legenda penghunus pedang surga pilihan
Kesturi impian setiap syuhada
Perlawanan hingga akhir jaman
Karena tidak akan pernah ada perang
Seteror perang tehadap Zionisme
Jumat, 18 Agustus 2006
Kita Belum Merdeka!
Bulan Agustus, bagi bangsa Indonesia, tentu merupakan bulan yang istimewa, mengingat pada bulan itu dirayakan Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia, 17 Agustus 1945. Mulai dari RT sampai tingkat nasional, berbagai kegiatan meramaikan hari istimewa itu. Kegiatannya juga macam-macam, mulai dari renungan, doa, sampai tentu saja dangdutan yang diiringi dengan kemaksiatan. Di antara hiruk-pikuk perayaan tersebut, pertanyaan yang pantas kita lontarkan adalah, benarkah kita sudah merdeka? Apa yang kita dapat setelah 61 tahun kita merdeka?
Kita bisa mengevaluasi perjalanan bangsa ini melalui tujuan-tujuan yang ditulis oleh para pendiri negara ini saat memerdekakan Indonesia. Hal ini bisa dilihat dalam pembukaan UUD 1945, "Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia...".
Tentu saja, tidak begitu sulit kita mengatakan, bahwa tujuan-tujuan tersebut belum tercapai, meskipun sudah 61 tahun kita 'merdeka'.
Pertama, memajukan kesejahteraan umum. Dengan jumlah penduduk miskin yang besar, ditambah tingginya biaya hidup, kesejahteraan rakyat Indonesia sangatlah rendah. Berdasarkan The Imperative for Reform yang dikeluarkan oleh World Bank, dengan standar garis kemiskinan adalah pendapatan $2 (sekitar Rp17.000) perhari, pada tahun 2002 terdapat 55,1% penduduk Indonesia yang terkategori miskin. Itupun kalau dihitung dengan rata-rata, karena tentu saja tidak semua rakyat Indonesia berpenghasilan Rp17.000,- perhari atau Rp510.000,- perbulan. Dengan pendapatan yang demikian rendah, jangankan untuk kebutuhan kesehatan, pendidikan, atau kebutuhan sekunder, kebutuhan primer untuk makan, pakaian, dan rumah saja sulitnya luar biasa. Kesejahteraan semakin terpuruk dengan diabaikannya kebutuhan asasi rakyat seperti kesehatan, pendidikan, keamanan, dan transportasi.
Kondisi kesejahteraan yang rendah ini tidak bisa dilepaskan dari ekonomi global Indonesia yang anjlok. Posisi utang Indonesia sangat luar biasa, yaitu sekitar Rp745,- triliun utang luar negeri dan Rp655,- triliun dalam negeri. Selain jepitan utang, Indonesia juga menghadapi dilema pengangguran. Republika (Rabu, 18/06/2003) melaporkan bahwa pada tahun 2002 pertumbuhan sektor manufaktur hanya 2,7% dan sektor pertanian hanya 2,5%. Kedua sektor ini termasuk tulang punggung sektor real dan penampung tenaga kerja terbesar. Rendahnya pertumbuhan pada sektor ini telah menyebabkan pengangguran meningkat dari 8% menjadi 9,1% pada tahun 2002 dan diperkirakan akan mencapai 10% pada tahun 2003.
Kedua, mencerdaskan kehidupan bangsa. Sungguh mengejutkan, justru saat ini Indonesia mengalami kemunduran dalam bidang SDM yang paling tidak mencerminkan keberhasilan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian The Political And Economic Risk Consultancy (PERC) pertengahan september 2001, SDM Indonesia paling rendah di antara 12 negara Asia; bahkan lebih rendah dari Vietnam yang baru lepas dari konflik perang. Belum lagi kualitas Perguruan Tinggi Indonesia yang jauh tertinggal. Jangan dibandingkan dengan pendidikan tinggi di Eropa dan Amerika. Pada tingkat Asia saja, total skor yang diperoleh dari keseluruhan kriteria, menempatkan UI pada peringkat 61, sementara UGM pada peringkat 68 (www.depdiknas.go.id). Ironisnya, dengan alasan untuk meningkatkan mutu, komersialisasi pendidikan malah semakin menjadi-jadi. Sudah SDM rendah, pendidikan pun semakin mahal.
Ketiga, melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan ini tentu saja berhubungan dengan kemampuan politik luar negeri Indonesia. Secara faktual, kemampuan politik luar negeri Indonesia pun jauh merosot. Kalau pada masa Orde Baru, Indonesia masih di-'tua'-kan dalam gerakan Non-Blok, saat ini Indonesia tidak banyak dianggap lagi di dunia Internasional. Logikanya, sederhana saja, bagaimana mungkin bisa berpengaruh di dunia Internasional, kalau kondisi nasionalnya saja berantakan. Contoh sederhana, pelanggaran pesawat F-18 Hornet milik AS yang memasuki wilayah kedaulatan Indonesia merupakan bukti rendahnya penghargaan bangsa-bangsa lain terhadap Indonesia. Jangankan mengecam, berkomentar saja pemimpin negeri ini tidak bisa.
Tidak hanya gagal mencapai tujuannya, kemerdekaan Indonesia juga telah mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang tidak beradab dan bermoral. Atas dasar kemerdekaan berekspresi, kemaksiatan dilembagakan. Di negeri yang mayoritas Muslim ini, eksploitasi seksual yang dilakukan oleh artis-artis malah dibela habis-habisan. Pelacuran berkembang, seakan tidak bisa dihentikan. Gaya hidup seks bebas, homoseksual, gay, pornografi, dan lain-lain dengan bangganya dipertontonkan kepada publik atas nama 'kebebasan'. Sekali lagi, ini terjadi di Indonesia yang mayoritas Muslim. Ekses yang nyata dari kebebasan ini adalah tingkat pemerkosaan yang terus meningkat, terutama pada anak-anak. Data Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT) RSCM Jakarta hingga oktober 2002 mencatat 284 korban kekerasan berupa perkosaan terhadap anak perempuan di bawah 18 tahun. Sebelumnya, tahun 2001 terjadi 103 kasus. Berdasarkan catatan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), yang dilaporkan menonjol adalah kasus kekerasan seksual (sexual abuse). Dalam kurun waktu antara 1992-2002, yayasan ini mencatat kasus kekerasan seksual 2611 kasus, (65,8 persen) dari 3969 kasus kekerasan seksual dialami anak-anak di bawah usia 18 tahun. Dari jumlah itu, 75 persen korbannya adalah anak perempuan (Bali Post, 5/02/2003).
Ketimpangan sosialpun menjadi sesuatu yang nyata. Seakan tidak peduli banyak rakyat yang miskin, sekelompok orang konglomerat dan perusahaan asing, atas nama kebebasan pemilikan, menguasai sumber-sumber kekayaan alam di Indonesia secara rakus; tanpa peduli bahwa kekayaan alam tersebut sesungguhnya merupakan hak rakyat. Tidak aneh, meskipun Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya, rakyatnya miskin.
Sumberdaya alam Indonesia sangat besar dan melimpah sehingga dunia menyebutnya sebagai negara super biodiversity. Luas Indonesia hampir 1,3 persen dari wilayah bumi dengan 17.000 pulau. Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis yang kaya dengan beraneka ragam flora dan fauna. Menurut World Bank (1994) Indonesia memiliki kawasan hutan hujan tropis yang terbesar di Asia-Pasifik, yaitu kurang lebih 115 juta hektar. Indonesia juga merupakan negara yang memiliki pesisir terpanjang di dunia, yaitu 81.000 kilometer atau sekitar 14% dari seluruh pesisir di dunia. Potensi kandungan ikannya mencapai 6,2 juta ton pertahun atau setara dengan Rp 74 triliun pertahun. Kandungan emasnya, yang di bumi Papua saja yang dikelola PT. Freeport Indonesia, disinyalir termasuk yang terbesar di dunia. McMoran Gold and Coper telah menanamkan investasi yang sangat besar untuk aktivitas produksi PT. Freeport di Papua.
Potensi sumberdaya alam yang demikian besar ternyata tidak menambah apapun bagi rakyat selain kemelaratan yang terus menghimpitnya. Bulan lalu para petani di Semarang, Jawa Tengah, melakukan aksi pembakaran gabah. Membanjirnya beras impor telah merontokkan harga gabah hingga jatuh menjadi Rp900 perkilogram (Republika, 17/06/03). Harga ini jauh di bawah biaya produksi tanam dan biaya pupuk. Sebenarnya, kebijakan impor beras bukan untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, tetapi lebih demi pencarian keuntungan yang lebih besar dan cepat. Melalui kegiatan impor ini miliaran rupiah mengalir dengan cepat ke sebagian kantong pejabat Dolog/Bulog dan kalangan importir yang saling menggurita sebagai mafia. Ketika petani menjerit mengharapkan peran pemerintah melalui Bulog, justru pemerintah menginstruksikan Bulog untuk memberikan $26 juta (Rp213,- miliar) sebagai uang muka pembelian Sukhoi dari Rusia. Sejak Orde Baru hingga masa reformasi ini, Bulog lebih berfungsi sebagai sapi perahan daripada sebagai lembaga yang peduli terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani.
Rata-rata hasil hutan di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan mencapai $8 miliar (Kompas, 10/02/2001). Dari hasil tersebut hanya 17% yang masuk ke kas negara, sedangkan sisanya sebesar 83% masu ke kantong pengusaha HPH. Eksploitasi hutan oleh pengusaha HPH akan menyebabkan kepunahan hutan di Sumatera pada tahun 2005, sedangkan hutan di Kalimantan akan punah pada tahun 2010. Sementara itu, hampir semua sumur minyak di Indonesia telah dikuasai oleh perusahaan raksasa minyak asing Exxon/Caltex, Atlantic Richfield/Arco, dan Mobil Oil.
Sistem ekonomi kapitalisme liberal inilah yang telah menenggelamkan masyarakat Indonesia ke dalam krisis multidimensional yang berkepanjangan. Sistem ini hanya membuat sebagian orang saja (baca: para kapitalis) yang menikmati pengeksploitasian kekayaan umum berupa sumberdaya alam, sementara rakyat jatuh terpuruk dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Posisi utang Indonesia sangat luar biasa.
Para konglomerat, artis, dan selebriti, pejabat publikpun tidak malu mempertontonkan kerakusan dan kemewahannya di hadapan rakyat yang menderita. Ini bisa dilihat dari daftar kekayaan yang tercatat (tentunya belum tentu semuanya jujur) oleh Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN); pejabat memiliki dana miliaran, rumah mewah, mobil mewah, dan tanah berhektar-hektar. Betapa ironisnya, saat rakyat banyak menahan sakitnya karena biaya obat mahal, seorang artis merayakan ulangtahunnya yang ke-17 dengan biaya 1 miliar. Inikah hasil kemerdekaan kita?
Dihimpun dari berbagai sumber. - dream blog -