Rabu, 27 Agustus 2008

5 Alasan Kenapa Pemimpi Bisa Menjadi Pemimpin

Bermimpi adalah kepribadian dari para entrepreneur atau para pemimpin. Dunia mungkin tidak akan pernah melihat kelahiran PC jika saja mimpi Bill Gates tidak pernah datang. Kita mungkin tidak akan pernah mengenal lagu seindah seperti "imagine" jika saja John Lennoon tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang musisi. Orang-orang seperti mereka bermimpi dan mereka bermimpi BESAR.

Kita semua bisa bermimpi tapi apa bagusnya jika mimpi-mimpi itu tidak bisa dimaterialkan menjadi sebuah realitas? Satu hal yang pasti, mimpi seharusnya lebih spesifik daripada sekedar angan-angan setengah sadar. Bener gak? Dan juga, tidak bisa dipungkiri bahwa motivasi adalah bagian penting dari kepemimpinan. Motivasi dapat timbul hanya jika kita punya tujuan, dan tujuan ada ketika kita menginginkan sesuatu, mimpi, cita-cita, atau semacamnya. jadi apa yang memisahkan antara para pemimpin daripara pemimpi? Di tulisan ini saya mencoba untuk mencari jawabannya.


Kejernihan pandangan ke depan.
seseorang yang mencoba untuk menaiki 2 kuda sekaligus pasti selalu gagal. Bagiku ini realitas penting. Dan akan lebih jelas lagi jika kita mempelajari realitas ini: 10% kesuksesan suatu bisnis tergantung pada produknya. 90%-nya lagi tergantung pada strategi apa yang kita lakukan untuk membawanya ke pasaran. Dan ini bisa diatasi hanya jika ada mimpi. Satu-satunya cara seseorang bisa menyadari mimpinya adalah jika ada cukup kejernihan tentang apa yang diinginkan. Jika pandangan kita mengenai apa yang ingin kita capai kabur, kita mungkin tidak akan pernah mencapai mimpi kita. Seorang pemimpin harus mem-visualisasi-kan mimpinya agar dapat menyentuh puncak kesuksesan. mari kita ambil contoh Steve Jobs. Steve menghabiskan beberapa tahun untuk mencapai apa yang ia inginkan tetapi karena ia mempunyai visi yang jelas tentang apa yang ia ingin capai. Apple Inc, tidak akan sehebat sekarang ini jika bukan karena visinya.

Pemikiran yang radikal.
Seseorang yang punya mimpi memiliki tindakan yang radikal. Karena dia tahu betul apa mimpinya, lambat laun dia kemudian akan terkoneksi dengan mayoritas. Dia akan menunjukkan kepada dunia cara berpikir yang berbeda, bersamaan dengan itu dia akan membawa perspektif baru bagi hidup. Sekali dia terhubung dengan orang-orang, dia secara otomatis akan menjadi pemimpin. Mahatma Gandhi yang cuman punya satu set pakaian, dijadikan contoh oleh banyak pemimpin di seluruh dunia, cuma karena kata-katanya dan kebajikannya. Siapa yang bisa mengira kalau orang ini akan membebaskan sebuah bangsa hanya dengan membawa manusia bersama-sama melawan tanpa kekerasan dan senjata. lagian, bahkan Hitler pun tidak akan sukses menjadi salah seorang pemimpin yang paling diktator di dunia jika saja bukan karena pemikiran radikalnya.

Hasrat yang menyala-nyala.
"Hasrat adalah titik awal dari segala pencapaian, bukan harapan, bukan keinginan, tetapi hasrat yang kuatlah yang melebihi segala-galanya." - Napoleon Hill
Ada garis yang jelas antara pemimpi dengan pemimpin: Hasrat. Bahwa hasrat itulah yang membuatnya sukses dan tetap hidup untuk mencapai tujuannya. Hasrat ini mampu memunculkan motivasi dan menginspirasinya, bahkan dari matanya akan kelihatan semangat yang menyala-nyala.

Keyakinan dan kekuatan.
Mimpi seringkali tanpa disadari akan memberi kita keyakinan dan kekuatan yang bekerja bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang di sekitar kita. Saat kita tahu kita mau ke mana dan apa yang kita inginkan, kita akan mengambil keputusan terbaik dan tidak takut mengambil resiko, ketika pada saat yang sama orang lain tidak berani dan memilih passif. Sikap kita terhadap mimpi kita akan menghasilkan hal-hal positif. Coba kita ingat pidato si Martin Luther King Jr., "I have a dream" tentang bagaimana hasratnya untuk menyatukan kulit putih dengan kulit hitam. Dia punya mimpi dan kemudian dia hidup untuk itu. hanya 1 orang itu melawan jutaan orang, demi memperlihatkan sebuah dunia yang lebih baik. Dia memperoleh keyakinan dan kekuatan untuk melakukan itu semua karena mimpinya.

Melapangkan hati.
Terakhir, salah satu sebab yang paling penting mengapa pemimpi bisa jadi pemimpin, karena mereka melapangkan hati. hati adalah rumah mimpi, di sanalah mimpi dijaga. Impian tidak hanya muncul di otak, tapi juga di hati. Keikhlasan untuk mengerjakan sesuatu bukan dari otak, tapi dari hati. Dan kita akan melakukan lebih banyak lagi jika kita senantiasa melakukannya dari hati. Impian mempunyai kekuatan untuk menggerakkan kita sampai ke pencapaian karena kita hati kita senantiasa menjaganya. Seorang pemimpi belajar dari kegagalan dan terus gigih hanya karena dia mau mencapai impiannya. Level energi secara otomatis akan selalu terpompa. Ray Kroc, pemilik McDonalds ditolak 8 kali sebelum dia berhasil mendapat dana untuk memulai rencana.

Well, mungkin, saran saya di atas bisa menjadi permulaan yang baik bagi non-pemimpi untuk mulai bermimpi. Bukan maksudnya mimpi di kala tidur, tapi suatu mimpi yang terbaring di lubuk hati. Sungguh, mengagumkan mengetahui bahwa satu mimpi dapat mengubah hidup seseorang (bahkan banyak orang). Seorang pemimpi belum tentu pemimpin, tapi seorang pemimpin sudah pasti seorang pemimpi. jadi tunggu apa lagi? Mulailah bermimpi dan jadikan itu realitas. Buruan, selagi masih gratis...

Senin, 25 Agustus 2008

Masihkah cafe/warung internet sebuah bisnis yang menjanjikan?

Sebenarnya aku bukanlah ahli bisnis yang punya otoritas untuk menilai apakah sebuah bisnis itu baik atau buruk. Tapi ijinkanlah saya sebagai orang yang pernah mengelola sebuah warnet (2002-2007) untuk memberi sedikit komentar, dari sudut pandang saya pribadi.

beberapa teman bertanya bagaimana menurut saya tentang usaha warnet sekarang ini, apakah masih menjanjikan terutama di kota Makassar ini? sekitar 5 tahun lalu, prospek bisnis ini lebih baik, bahkan sangat baik. Saya sendiri begitu optimis dengan keberadaan GMnet waktu itu. Tapi perasaanku saat ini tidak sehebat waktu itu setelah melihat perkembangan sekarang, dan melakukan sedikit perhitungan.

Seperti bisnis rental lainnya, ada begitu banyak faktor penting yang akan memberi efek pada sukses tidaknya industri kafe internet ini. beberapa di antaranya, menurut saya adalah:
  • Lokasi. Pilihan lokasi yang strategis, adalah faktor yang sangat penting. Menemukan lokasi yang cocok seperti menemukan sebuah tambang emas. Memilih lokasi yang salah sama saja membuang-buang modal.
  • Kompetisi. bagi orang yang berjiwa bisnis, kompetisi hanyalah semacam perlombaan yang akan menghasilkan harga terendah untuk memenangkan konsumen. Ketika hal itu baik untuk konsumen, belum tentu baik untuk pelaku usaha. Ada batas tertentu di mana harga yang bergerak ke titik terendah akibat persaingan dapat membuat anda, atau lawan anda mengalami kebangkrutan. Anda tidak bisa mengharapkan kembali modal dengan cepat, jika misalnya harga sewa internet perjamnya hanya Rp.2500,-. Saya berani bilang, kalau di industri ini tidak ada kesetiaan pelanggan, yang ada hanya pelanggan yang mencari warnet yang lebih murah.
  • Kualitas/konsistensi konektivitas internet. Sudah barang tentu, hal inilah yang sering membuat pelanggan tidak kembali lagi untuk kedua kalinya ke warnet kita, apabila koneksi internetnya sangat tidak memuaskan. Meskipun hal ini tidak berlaku di tempat yang jarang warnet (karena pelanggan tidak punya banyak pilihan), seperti kota kecil, mempunyai koneksi di bawah standar adalah suatu masalah vital. Beberapa orang menyarankan koneksi yang eksklusif, namun sebagian yang lain mempertimbangkan masalah biaya tambahan untuk itu. Tergantung dari pemilik usaha, memilih koneksi yang ideal untuk warnetnya sendiri.
  • Lisensi software. Banyak pelaku bisnis warnet tidak menghitung biaya untuk yang satu ini dalam proposal usaha mereka. Itu dikarenakan masih banyaknya software bajakan yang bisa didapatkan dari berbagai sumber secara gratis. Meskipun begitu, ketahuilah bahwa banyak di luar sana software yang begitu populer bagi user, yang (memang gak murah) perlu untuk disediakan sebagai full-lisensi. Apalagi untuk warnet yang merangkap game-center, misalnya. Banyak game multiplayer yang populer, meskipun lisensinya mahal, tapi demi kebaikan jangka-panjangnya, boleh lah dibeli lisensinya.
  • Perencanaan ROI. Merencanakan return-of-investment juga penting. Berapa lama target anda untuk mengembalikan modal awal? Kalau dulu waktu awal-awal munculnya warnet, mengembalikan modal setahun adalah mudah. Tapi bagaimana sekarang? melihat banyaknya persaingan harga, sehat atau tidak sehat, mengembalikan modal dalam waktu 3 tahun sudah termasuk beruntung. Bisa saja, di tengah-tengah proses kita akan mengorbankan waktu yang lebih, energi, tabungan pribadi, untuk dengan cepat memenuhi target ROI.
  • Dll seperti hardware (hari gini masih pake Windows 98?), pelayanan (OP-nya kok galak banget seh), tempat yang nyaman (warnet kok banyak kecoanya), dst.. dst.
Ada juga pertanyaan mengenai berapa unit PC yang ideal untuk disediakan? kalo sok tahunya aku sih, 15 unit adalah ideal. 15 unit minimal untuk survive, untuk penghasilan yang konsisten, untuk jangka panjang. Tapi bukan berarti jumlah unit yang kurang dari itu tidak dapat survive. Yah pintar-pintar pengelolanya aja.

Dengar-dengar, di luar negeri sudah ada warnet yang bisnisnya dijalankan berbasiskan franchise/waralaba. Di Indonesia sendiri, saya belum pernah mendengar bisnis waralaba cafe internet. menurut saya ini patut dicoba, meskipun baru mendengarnya saja sudah bikin kita pusing membayangkan bagaimana sistemnya. Tapi daripada menunggu franchise dari luar yang masuk ke sini, kenapa bukan kita, orang Indonesia yang mengambil inisiatif dalam berinovasi? Kalau saja modal bukan masalah, mungkin aku akan meluangkan waktu lebih untuk memikirkannya. Pokoknya saya tunggu aja, semoga udah ada yang meliriknya.

Kamis, 14 Agustus 2008

Sebuah Peribahasa yang Menyesatkan

Ini sekedar opini aja lho, kalo gak setuju ya silakan komentar. Gini lho, aku tuh gak setuju ama sebuah peribahasa yang mungkin udah gak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. peribahasanya itu adalah,

"Di mana ada kemauan, di situ ada jalan".

Nah lho? Apa yang salah coba, kalian pasti bilang gitu.

Begini. Menurutku, peribahasa yang satu itu telah menyesatkan banyak orang, tak terkecuali diriku sendiri. Coba kita telaah. Sekarang coba kita bayangkan salah satu contoh kecil ini; kira-kira berapa banyak perokok aktif di negeri ini yang jauh di dalam lubuk hatinya, punya kemauan untuk berhenti tetapi kenyataannya tetap saja mereka terus merokok. Aku kenal orang-orang seperti ini, aku kenal mereka karena sebagiannya adalah orang-orang dekatku atau orang-orang yang pernah dekat denganku. Mereka mengundang simpatiku atas kemauannya itu, sekecil apapun itu, namun tidak bosannya membuatku selalu menggelengkan kepala ketika tahu kalau mereka tetap saja seperti itu.

Berapa banyak orang yang menginginkan perubahan dalam hidupnya namun nyatanya di bulan atau di tahun depannya masih tetap seperti sebulan atau setahun yang lalu? Waktu sepertinya jalan di tempat bagi mereka. So what's wrong? Apa yang salah dari peribahasa itu?

Adalah bahwa kemauan saja tidaklah cukup. Kemauan saja bukanlah kunci untuk membuka jalan. Ada kunci yang satu lagi, ia dan kemauan seperti dua sisi mata uang. Tidak mungkin akan ada jalan kalau salah satunya tidak ada, sebagaimana tidak mungkin sebuah uang koin cuma punya satu sisi. Dia tidak lain adalah, TINDAKAN.

Bagaimana mungkin "di situ ada jalan" kalau aku tiap hari cuma sebatas mau aja, tapi gak melakukan apa-apa untuk menjadikannya terwujud? Sekarang lihat, berapa banyak orang yang disesatkan oleh peribahasa ini. Aku kenal orang yang mau masuk surga tapi gak sholat, aku juga kenal orang yang mau (bahkan sering curhat kalo dia sangat mau) sukses tapi nyatanya tiap harinya cuman molor + maen game Winning Eleven + ngobrolin ga jelas + godain cewek, ada malah yang mau SEGALANYA tapi justru gak melakukan APAPUN. Dst... dst, daftar panjang "sebatas ingin" ini gak akan ada habisnya.

Jadi kemauan ditambah tindakanlah yang memungkinkan adanya jalan.

Tapi, kemauan + tindakan hanya akan mengadakan jalan, namun untuk mempercepat prosesnya ada kendaraannya. Itulah PERENCANAAN. Plus, the last but possibly the most important to be sure, adalah bahwa semuanya selalu ada campur tangan Tuhan, so praying alias doa will be added to this list.

Jadi skali lagi, bahwa "di mana ada kemauan, di situ ada jalan" adalah peribahasa yang gak aku setujui kevalidannya. Peribahasa ini harus diganti! Menjadi "Di mana ada kemauan yang disertai tindakan terencana dan terarah plus berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa, maka pasti deh, dijamin 100%, di situ ada jalan!". Busyet dah, ini peribahasa kok jadinya kepanjangan. But it's true, isn't it?!

Ada lagi nih, satu peribahasa melayu yang salahnya minta ampun. Mungkin peribahasa yang satu ini jarang di dengar oleh orang awam, mungkin karena emang gak bener jadi seiring berjalannya waktu ia terkubur dalam ingatan ilmu sastra.

"BIAR KATA MATI ANAK, ASAL TIDAK MATI ADAT".

Wtf?

Peribahasa ini kalo ditelaah lebih lanjut, bisa dilihat bahwa ia menekankan tentang betapa pentingnya adat. Adat menjadi karakter maupun ciri khas suatu kelompok, entah bangsa maupun suku. Tanpa adat, suatu bangsa misalnya akan kehilangan karakternya, dan selanjutnya menjadi plagiat, pengekor bangsa lain. Lama-lama kehormatan diinjak-injak, kekayaan alam dikuras oleh kelompok lain, dan kita menjadi pecandu adat asing. Coba lihat bangsa jepang yang terkenal begitu menjaga dan melestarikan adat mereka, menjadi bangsa yang besar dan terhormat di antara bangsa lain. Sekarang bandingkan dengan bangsa kita *sambil tutup muka malu-malu kuda*. Dan ini memang benar bahwa adat adalah harta bangsa yang sangat berharga untuk dijaga. Jadi apanya yang salah?

Yang salah adalah "biar mati anak"-nya. Kenapa mesti "anak"?? Inilah kesalahan besar dari peribahasa ini. Dia pikir siapa yang akan meneruskan adat kalo bukan anak kita? Sadarkah, kalau mati anak maka mati pulalah adat! Anak di sini adalah simbolisasi dari generasi muda, sedangkat adat adalah simbolisasi dari karakteristik, ciri khas, pedoman hidup. Dan generasi mudalah yang menjadi pemeran utama dalam hal melanjutkan keberadaan adat. So wtf? Di satu sisi peribahasa ini menekankan pentingnya adat dilestarikan, tapi di sisi lain ia mengumumkan akan matinya adat dengan mementingkan adat ketimbak anak. Kacau deh!

Peribahasa ini juga harus direvisi! Coba diganti menjadi "mari kita menjaga adat, sebagaimana kita menjaga anak"... *tuiinngg* kok jadinya mirip iklan layanan masyarakat neh. But it's true isn't it!?

Ah dasar sastra emang sukanya pake bahasa-bahasa yang superkomplex.

Senin, 11 Agustus 2008

Kumpulan Situs Pencari Kerja Terbaik & Terpercaya


Hari ini aku mau posting list situs-situs pencari kerja yang menurut aku bagus. Kadang-kadang aku merasa perlu untuk mengecek situs-situs ini sekitar seminggu sekali, buat nyari informasi kalo ada lowongan pekerjaan baru yang bagus. So here we go the list:

  1. id.jobstreet.com --> di sinilah aku menemukan pekerjaanku yang sekarang ini sekitar 2 bulan lalu. Coba daftar, bikin resume, trus kirim. Dan akhirnya sekarang dah hampir 1 bulan ini aku dah kerja. Tengkyu bos.
  2. karir.com --> banyak perusahaan yang jadi mitra karir.com, misalnya Bank Damanon. Di sini juga aku sering mencari lowongan, dan sampai sekarang aku masih tetap berlangganan melalui email. Sehari sekali mereka mengirim info loker terbaru ke emailku. Lumayan.
  3. jobs.experd.com --> perusahaan-perusahaan besar seperti Chevron menjadi mitra situs ini. Inilah salah satu situs pencari kerja favoritku, soalnya perusahaan-perusahaan mitranya menarik bro (perusahaan telekomunikasi ama pertambangan).
  4. binuscareer.com --> situs pencari kerja yang udah cukup lama menjadi sumber info buat para pencari kerja. Temen-temen banyak yang mereferensikan ini ke aku.
  5. id.asiajobseeker.com --> situs pencari kerja yang cukup besar, soalnya mereka meng-cover seluruh asia. yah mirip-mirip id.jobstreet lah.
  6. id.jobsdb.com --> ini banyak juga info lowongan di sini. Situs loker internasional, termasuk indonesia.
Well, di atas itu adalah situs yang mana kita bisa melamar ke pekerjaan yang tersedia langsung melalui situsnya. Kita hanya perlu untuk mendaftar menjadi anggota dan kemudian men-setting resume dan surat lamaran kita.

Btw, kadang-kadang perusahaan-perusahaan besar seperti pertamina atau bank indonesia tidak menggunakan situs-situs di atas untuk menerima pelamaran. Mereka mempunyai situs tersendiri untuk digunakan mendaftar online oleh para pelamar kerja. Seperti situsnya LPTUI maupun LPPM juga yang mempunyai banyak relasi perusahaan. jadi tinggal pintar-pintar kita menggunakan Google dan bertanya ke teman, hehe.

Oh ya, jangan lupa juga kalo cari lowongan sebaiknya pertama kali dikunjungi adalah situs resmi dari perusahaan tersebut (kalo ada). Misalnya nyari lowongannya BI, jadi kunjungi bi.go.id. Hampir pasti, perusahaan yang membuka lowongan akan menginformasikan lowongannya di halaman depan dari official situsnya.

Other useful job site links, bolehlah dijadiin tambahan informasi:
7. Astaga! Karir, 8. ekarir, 9. jobsindo, 10. Indojobmart, 11. Kerjait, 12. Kerjalepas, 13. komunikarir, 14. InfoKerja, 15. LapanganKerja, 16. Kompas karir, dst dst... just Googling! STFW yourself :)

That's it my list. Ada yang mau menambahkan?

Jumat, 20 Juni 2008

Akhirnya kerja juga

I love my job
Setelah sekitar 3 bulan nyari gawean, akhirnya kini dapat juga. Meskipun pekerjaan ini mungkin bagi kebanyakan orang gak bisa dikatakan kerja. Ah, yang penting halal dan aku suka. Tidak ada yang lebih memuaskan dari menghasilkan uang dengan melakukan hobi sendiri!

Phew... semakin dekat saja aku dengan cita-citaku. Thanks God. - da dream blog diary -

Sabtu, 24 Mei 2008

BBM naik tinggi

Anjrittt... Harga BBM naik lagi! Benar-benar terasa dampaknya terutama bagi orang-orang seperti aku. Gimana coba, bensin 10ribu buat 'si biru yang perkasa' udah gak seawet dulu lagi. Paling banter si biru yang perkasa cuman bisa dipake pulang balik ke tempat kursus, itupun sambil deg-degan takutnya blom nyampe rumah udah mogok di jalan karena bensin tiris. Udah dasarnya nih motor boros bensin, ditambah harga BBM naik, ditambah yang punya motor blom dapat kerja, lengkap sudah penderitaan. Tampaknya masalah-masalah muncul semakin membuat aku tersisih dari hidup. Pengennya tinggal dirumah aja, tapi gak mungkinlah. Aku merasa seperti buah segar yang lama-lama mulai membusuk kalo di rumah terus tanpa kegiatan apa-apa.

Bagi aku, tidak melakukan apa-apa adalah malapetaka. Bukankah malapetaka terbesar dari suatu bangsa adalah ketika para pemudanya sedang tidak melakukan apa-apa? Aku pusing kalo di kamar terus molor, atau tiap hari ngobrol ngalor-ngidul ama temen-temen, ngobrolin gak jelas. Aku pengen punya kegiatan bermanfaat, apalagi ngehasilin duit, dan hari demi hari keinginan itu bertambah kuat. Kasian Ibunda, udah tua. Takutku gak sempat ngebales jasa-jasanya, membahagiakannya di hari senja hidupnya. Please God, give me chance.

Beda aku, beda si Cepot. Ini salah satu temenku yang nasibnya selalu mujur. Belum wisuda udah kerja di Bank BPD Riau. Ada keluarganya yang urus untuk masuk di sana. Sementara aku harus mulai dari nol. Aku punya kakak di Trakindo. Tapi aku pantang merengek karena aku yakin bisa dengan hasil usahaku sendiri.

Well, ini adalah awal perjalanan. Aku sudah punya rencana jangka panjang. Sedikit demi sedikit, hari demi hari, masa depanku yang cerah jelas tergambar dalam otakku. Dan aku jadikan itu realitasku. Nah, karena aku mulai dari angka nol, maka sekarang tinggal angka nolnya harus ditambah angka 1 di depannya, dan kemudian tambah lagi angka nol di belakangnya, as much as i can. That's it.

I'm on the way, bro 'n sis. ^_^ - da dream blog diary -

Rabu, 14 Mei 2008

Belajar dari Keledai

Tau gak hewan yang biasanya diidentikkan dengan kebodohan? Ya, itulah keledai. Yang membuat kesepakatan untuk mengidentikkan keledai dengan kebodohan adalah manusia. Padahal kalo dipikir lagi, manusia justru sering melakukan hal yang lebih goblok dari keledai. Keledai, dia tidak akan mau terjatuh di lubang yang sama dua kali. Artinya, dia belajar dari kesalahannya yang dulu, dan tidak mengulangi lagi kesalahannya itu. Manusia justru sering melupakan ini. Maka siapa sih yang sebenarnya bodoh itu? Jadi, sekedar pengingat aja, marilah kita belajar dari binatang paling bodoh ini, si keledai. - dream blog -

Rabu, 30 April 2008

Too Bad

Dua hari lalu akhirnya aku mendapat panggilan kedua dari pihak Bank Danamon untuk ikut tes wawancara. Aku tidak bisa cerita banyak, aku cuma bisa bilang kalo hasil tes wawancaraku mengecewakan. Aku gugup, like a silly boy who didn't know what to say. Damn! Padahal suasana tempat wawancaranya nyaman (di perpustakaan bro, my fave place!) dengan pewawancara yang cantik dan bersahabat. Tapi kok tiba-tiba saja aku menjelma menjadi cowok bego. Too bad. Pokoknya payah.

Tapi ga papa lah. Jadikan itu pengalaman berharga. lagian, bagiku peristiwa itu bukanlah tempat pembuktian yang sebenarnya atas potensiku untuk berprestasi. Aku hanya sedikit kurang beruntung. That's all. Betapapun, aku tidak mau menyalahkan siapapun. Seperti pelajaran yang aku dapatkan dari pergaulan, orang picik selalu melemparkan kesalahan ke segala arah, kecuali ke arah yang benar; yaitu dirinya sendiri. Tapi aku tetap berharap semoga saja masih ada kesempatan kedua.

Satu lagi, setengah curhat nih, sebenarnya hasratku untuk mendapatkan pekerjaan sudah semakin menguat. Baru saja Ibunda menelpon, mengabari tentang kondisi di rumah. Aku menanyakan kondisi kesehatannya yang beberapa minggu lalu memburuk. Sekedar info, 2 minggu lalu Ibundaku datang ke Makassar untuk berobat ke ATFG (alat terapi bla bla bla) yang terapi pengobatan dari bandung itu lho. Katanya Bunda pegal-pegal, untuk shalat saja katanya setengah mati. Tau gak, kalo saja tu penderitaan bisa pindah ke aku, aku rela. Asal Ibu bisa sehat lagi seperti dulu.

Makanya itu, alangkah indahnya dan alangkah merasa bergunanya diri ini kalau saja aku bisa membiayai pengobatannya. Aku mau janji ah, kalo aku udah punya penghasilan nanti, aku mau sisihkan buat pengobatan bunda sampe sehat. Dan demi mendukung cita-cita ini, agaknya aku gak boleh cepet-cepet menikah seperti kakakku yang kerja di Timika, yang karenanya tidak bisa membantu Bunda secara maksimal karena penghasilannya teralihkan untuk biaya anak istrinya.

Rabu, 27 Februari 2008

Mahasiswa UNHAS Tawuran Lagi!

Setelah jumat lalu saya berhasil lulus ujian akhir, kemarin akhirnya secara resmi saya mendapatkan gelar SE lewat acara yudisium. Kami ber-6, 5 diantaranya adalah angkatan 2002-selesai 5 tahun 4 bulan, salah satunya anak 2004-selesai 3 tahun 4 bulan! Selesai acara yudisium itu aku langsung pulang ke rumah, karena sudah sangat lelah dengan semua rutinitas yang akhir-akhir ini begitu padat. Aku tertidur sampai sore.

Tiba-tiba hpku berbunyi, salah satu teman menelpon, menanyakan tentang 'tawuran yang tadi'. Lha saya bingung, saya tidak tahu-menahu kalau tadi itu ada tawuran. Sewaktu saya di kampus tadi masih aman-aman saja tuh. Berarti ketika aku tidur barusan-lah tawuran bersamaan terjadi.

Saya langsung berpikir tawuran ini pasti buntut dari kejadian acara inaugurasi ekonomi jumat malam yang lalu. Saat itu aku sempat tampil mengisi acara musik. Ckckckc, penonton penuh sesak, sampai banyak yang tidak kebagian kursi dan terpaksa nonton sambil berdiri. Ya, pasti setiap acara inaugurasi ekonomi penonton membludak. You know, dari 100% mahasiswa ekonomi, sekitar 60%-nya adalah cewek, 50% cewek cakep dan sisanya biasa2.. hehehehe. Cuma 40% cowok. Inilah yg menjadi daya tarik fakultas ekonomi. Ok kembali ke masalah. So, penonton datang dari seluruh fakultas, dan termasuk puluhan dari teknik.

Di salah satu deretan kursi, duduk beberapa mahasiswa dari fakultas ekonomi, dan tepat di deretan kursi di atasnya hingga ke belakang, duduk beberapa mahasiswa teknik. Menurut konfirmasi sepihak, salah seorang mahasiswa teknik yang duduk tepat di belakang mahasiswa ekonomi, di sepanjang acara dinilai 'memancing' atau terlalu 'rese', hingga mahasiswa ekonomi 'merasa terganggu' dan akhirnya memukul mahasiswa teknik tsb. Inilah akar permasalahannya.

Mahasiswa teknik tidak puas atas pemukulan salah seorang rekannya tsb, dan kemudian menghimpun beberapa massa untuk melakukan sweeping thd si pemukul (dikenali ada 2 orang) di pintu keluar gedung Baruga, tempat inaugurasi ekonomi berlangsung. Tidak lama keluarlah salah seorang mahasiswa ekonomi yang pakaiannya mirip si pemukul tadi, hingga mahasiswa teknik mengira dialah si tersangka tadi. Ketika mahasiswa ekonomi tsb ditarik utk dipukuli, salah seorang mahasiswa ekonomi yang lain melerai namun sialnya justru dia yang kena batunya. Dia dipukul hingga terjatuh, sialnya ketika terjatuh, kepalanya membentur pot bunga hingga bocor. Dia segera dilarikan ke rumah sakit.

Di sinilah kedua kubu mulai memanas. Baik dari pihak mahasiswa ekonomi maupun teknik sama-sama merasa tidak puas atas perlakuan masing-masing pihak. Di satu sisi, mahasiswa ekonomi merasa acaranya dirusak oleh arogansi mahasiswa teknik, di sisi lain mahasiswa teknik merasa dilecehkan sebagai 'tamu' dalam acara ini. Selesai sampai di situ, lambat laun kedua kubu mulai membubarkan diri dengan sendirinya seiring selesainya acara inaugurasi dan bubarnya para penonton yang lain. Esoknya tidak terjadi apa-apa, dan saya berharap peristiwa itu selesai sampai di situ. Tapi ternyata setelah mendengar bahwa tawuran terjadi lagi..

Hatiku langsung pilu... tawuran lagi, tawuran lagi.. Sampai kapan ini berakhir. Apa sih yang coba kalian buktikan? Kenapa kalian begitu berapi-api dengan kebanggaan semu itu: 'ego fakultas'? Toh kalian masih 1 almamater, masih 1 suku mungkin, bahkan mungkin masih 1 agama! Masih tega kalian saling menumpahkan darah saudaramu?

Esoknya, langsung saja berita itu tersiar di acara-acara berita tv, di internet, di koran. Sambil membacanya, aku tersipu-sipu malu, ntrenyuh, jadi pengen meludah. Malu-maluin ah jadi mahasiswa Unhas. Untungnya aku sudah bukan mahasiswa lagi. Alias pengangguran! Kere lagi!

Sabtu, 09 Februari 2008

Sebuah Igauan Panjang Tentang Aborsi

Akan kunamai saja Ia Cioka, aku tak punya artinya tapi bukan berarti aku sepaham dengan Shakespeare tentang arti sebuah nama. Bagiku biarlah kelak Ia yang akan memaknai namanya sendiri, biarpun kehadirannya lebih dari apapun. Tapi ternyata hidup tak selalu diharapkan...

Kubayangkan ia merah, semerah semangatnya pada hidup. Geraknya lincah, bertenaga. Tangannya mengepal bergerak-gerak cepat menantang segala, termasuk aku. Suaranya melengking keras seolah menghardik.


“Wahai hidup kemarilah, bersama kembara kita jelajahi ceruk kepengecutan. Lalu meludah disana! Rentangkan! Rentangkan hijab menembus waktu, biarkan wajah-wajah merona merah dan kepala-kepala yang berpaling dan tertunduk, tegak terangkat. Biarkan rasa malu takluk di duli kaki kita!”

Lanjutnya lagi, “Tuhanmu, Tuhanku. Adakah ia tak menginginkan aku? Sekiranyapun Ia tak menginginkan aku, bagaimana aku bisa datang? Yang haram adalah buku-bukumu, pikiranmu, hatimu, bukan aku!”

Mungkin ia tertidur dan inilah yang sayup kutangkap, Seperti igauan:
“Menjauhlah dari hiruk pikuk, tinggalkanlah sanjungan. Terimalah gunjingan, telanlah cibiran. Semua itu tak akan berarti apa-apa.” Katanya lagi, “Buanglah harapan, lupakanlah mimpi, semua itu hanya akan menjadi bianglala dari hari-hari kita yang mungkin getir esoknya. Kita mengarungi dunia kita sendiri, dunia yang lain; dunia yang boleh kita warnai dengan kelegaan. Setelahnya, segala kekuatiran itu akan melepuh dan menguap bersama kepedihan yang surut ke tepi jiwa.” Sambungnya, “Bukankah aku perlambang keperkasaanmu yang pertama? Tidakkah kau lihat masa mudamu yang jaya di mataku? Ataukah keperkasaan itu jua yang akan meremukkan aku?” Ia merengut, merayu aku.

Oh.. hidup yang cilaka! Apalah dayaku? Baru tahu aku, bakal begini jadinya. Beamu tak terjangkau olehku dan inilah akhirnya.
……………………………………………

Ia terbangun dan mulai merintih, di sela-selanya ia menguap seolah membuang kegetiran yang ditanggungnya. Ia merah, bibirnya merah. matanya berkilat-kilat memancarkan kehidupan, jari-jarinya yang mungil mengepal seolah mencengkeram erat takdir, menantang dunia yang tak menginginkannya. Tetapi ia tak berdaya, ia belum punya pilihan. Karena itu iapun meregang, lemas dan tak bergerak lagi. Seperti pucuk dibantai halimun, terkulai ke tanah dan rebah ke perut bumi.
……………………………………………

Inilah diriku kini, hari-hariku tak pantas lagi disebut kehidupan. Aku telah mati. Aku yang dulu, yang ceria, yang perkasa, yang percaya pada kegemilangan hari esok, telah lenyap. Hilang dalam raung kesakitan dan nyinyir amis darah. warna dan aromanya masuk dan melekat dalam setiap relung jiwaku. Akan kubaui sepanjang hayatku. Siapa yang dapat melepaskan aku? Bahkan debu kotor menari-nari menertawakan aku dengan gelak tawa yang tertahan-tahan oleh kengeriannya.

Inilah diriku kini, burung bul-bul yang dikutuk sendiri. Hidup dalam hari-hari yang getir dan sepi. Hanya bisa mengorek bilur-bilur dicelah kelam malam. Yang baginya; wangi parfum adalah amis nyinyir darah, makanan lezat adalah bara merah dalam perut, canda dan tawa adalah tangis penyesalan dan raungan kepedihan, kehilangan harapan lalu ditinggal kesempatan, yang diazab sesama dan diri sendiri. Seperti si iblis mengharap hukuman, demikian aku menanti keadilan.
………………………………………….

Pada suatu ketika, samar-samar kualami sesuatu dan seperti inilah kira-kira saat itu:
Aku berada didalam diriku dan tak kulihat apapun jua dengan mataku beberapa lama. Aku kaget, kubaui nyinyir amis darah, tapi tak kurasakan apapun. Aku mencari-cari keseluruh penjuru jiwaku, tapi tak kutemukan apa-apa lagi. Samar-samar aku melihat sejumlah orang sedang berkumpul, seseorang diantaranya sedang membacakan kalimat-kalimat tertentu dan orang-orang disekitarnya membalas secara serempak dengan ucapan “Amin” pada akhir setiap kalimatnya. Dalam setiap kalimat-kalimat itu, jiwaku merasakan kengerian. Karena itu, aku berjalan menjauhi mereka, keluar dari tembok-tembok kota. Tapi keadaannya juga hampir sama, disana mataku menangkap kengerian yang lain. Kurasakan dengan jelas, jerit kematian. Raungannya menggetarkan aku. Seorang pemuda dan seorang gadis muda telah menodai kota. Mereka, terhukum itu didera, dilempari sampai mati lalu jasadnya yang hancur dibakar. Kalimat-kalimat yang baru saja kudengar Seolah menjadi kenyataan dalam seketika. Begitu ampuhkah “amin” itu? Jiwaku bergetar hebat, inikah duniaku? Aku benar-benar terpukul, aku tak sanggup lagi menjadi saksi atas semua itu. Aku berpaling, berlari. Aku ingin keluar dari keadaan mengerikan ini, aku tahu ini tidak nyata. Tapi sekali lagi aku tersentak. Di tepi jalan yang kulewati terlihat seorang bocah, setengah telanjang. Meringkuk pada dinding beton, habis menangis dan masih sesengukan. Aku perhatikan di sekujur tubuhnya terdapat bilur-bilur. Berbasa-basi aku bertanya, dan beginilah jawabannya bila aku susun ulang: “Setiap bilur ini aku dapatkan dari setiap rasa malu, bahwa aku ini haram jadah. Lihatlah, dari setiap lukaku mengalir nanah, juga masih mengalir darah segar. Engkau tahu kenapa? Karena setiap kali aku mendapatkan sumpah serapah dari orang-orang yang lewat pada saat itu pulalah timbul luka yang baru. Tetapi kau lihat pula, disekujur tubuhku telah penuh dengan luka dan karena itulah luka-luka ini semakin bertumpuk, berdarah dan bernanah.”

“Karena itukah engkau menangis?” aku bertanya.
“Bukan hanya karena itu, tapi karena semua. Yang sakit bukanlah bilur-bilur ini, tetapi ketakpahaman itu.” Jawabnya sengit, mungkin ia melihat kalau akupun tak paham rasa sakitnya.

Saat hendak berbalik dari tempat itu, ia menghentikan langkahku dengan berujar “Masih ada yang kau tidak ketahui tentang bilur-bilur ini.”
”Apa?”
” Bahwa nanah ini terasa lezat dan darah ini terasa nikmat.” Katanya.
“Kenapa?” tanyaku
“Cicipilah” ujarnya.
Aku menggeleng lalu bertanya sekali lagi ”Aku tak ingin tahu dengan mencicipinya, cukupkan dengan penjelasan saja” kataku.
“Kenapa? jijik? Pikirmu apa alasan orang-orang itu menghina aku? membuat aku malu?” ia berhenti sejenak, memberi aku jeda menyadari diri. Aku menjadi merasa bodoh di hadapannya, aku benar-benar tidak tahu. katanya lagi, ”Mereka, orang-orang itu, suka karena setiap kali mereka menghina aku mereka merasa senang. Senang itu lezat dan nikmat. Kesenangan menjadi tujuan semua orang. Kau sudah paham?” matanya melotot padaku, aku mengangguk-angguk.

“Satu lagi, bagiku penderitaan inipun terasa nikmat tetapi kau perlu bertanya lagi, lanjutkanlah perjalananmu. Carilah jawabanmu sendiri, pikirkan pula jawaban orang lain.” Ia seolah tahu kalau aku masih bingung, aku lalu minta diri.

Ia pun mulai meratap lagi. Bukan karena perihnya luka, tapi karena orang-orang itu. Dalam arah yang kutuju selanjutnya, disebuah perkampungan, samar-samar aku melihat seseorang terusir dari rumahnya. Ia tak terlalu menarik perhatianku karena kulihat cukup tangguh. Dalam percakapanku ia mengatakan bahwa ia tak ingin bertahan, tak mau membuat malu keluarganya. Ada kegeraman dalam dirinya. setelah kutinggalkan di persimpangan, terdengar Ia menyenandungkan kidung-kidungnya, penuh kegeraman. Semakin lama, semakin hilang dan akupun semakin jauh dan semakin lelah. Aku tak mampu lagi melangkah dan terjatuh tak bertenaga lagi.

Kepalaku berat serasa ditindih batu, agak nyeri dibawah kelopak mataku. Ini aku rasakan semenjak peristiwa mengerikan itu. Aku tidak lagi terjaga sepenuhnya, sepanjang hari, sepanjang malam, sehari-hari. Bila mataku kupaksakan menyentuh sesuatu, yang kulihat hanya cicak-cicak tergelak dalam derai tawa. Sesekali dengan sekuat tenaga dan sekuat hati aku ingin bermimpi tetapi kutu-kutu busuk tak mengizinkan aku, para semut bersumpah ingin menggotong aku tetapi aku tak percaya apapun lagi. Sesekali kutepis keinginan mereka dengan jari-jari besarku.

Aku tak lagi pernah tahu, apakah saat ini adalah kemarin atau besok. Tetapi aku juga tak perduli. Semut-semut dan cicak telah menyita perhatianku sepenuhnya. Bila engkau bertanya tentang kesetiaan, mungkin merekalah jawaban itu. Tapi buat apa bertanya? Toh engkau tak kehilangan apa-apa. Sekali-dua ketika mereka mulai terlihat lagi, kadang dadaku memanas, ingin kureamas-remas saja mahluk-mahluk itu, tetapi rasa lemah membangkitkan enggan seketika, begitulah setiap waktu.

Bila rasa lelah dan letih mulai membekap, penglihatanku yang seperti rabun terhadap hari-hariku sepertinya lenyap pelan-pelan. Pada saat-saat seperti itulah mereka satu persatu hadir; mengungkit-ungkit, mendorong, mengangkat bahkan menggigit. Tetapi tak jua mampu membuat aku bergeming. Pada kali lain, aku mencoba bangkit berdiri, segera saja mereka terbirit-birit dengan pasrah dan paksa. Tetapi hanya beberapa saat ketika itu, para cicak bergerombol mengepung aku. Mereka berdecak menggelengkan kepala lalu tergelak dalam derai tawa, menginginkan ketersinggunganku. Aku terpana beberapa saat, aku resapi hinaan itu dan aku temukan ritme dan nada-nadanya tetapi aku masih tak paham. Senandung mereka kumasukkan ke telinga batinku, seluruhnya. Lamat-lamat kurasakan bulu kudukku merinding. Bukan karena takut, tetapi karena aku tertawan oleh pesona; kadang lirih, kadang sinis tetapi indah dan setelah kuselidiki, ternyata hanya punya satu ujung yang masih juga tak kumengerti. Begitu lagi, begitu selalu dan aku masih tak tahu apakah saat ini adalah kemarin atau esok.

Dalam hiruk pikuk yang kecil dan sempit kami ada yang datang, sang Nyamuk. Semut-semut itu bergosip kalau ia datang karena tak disukai dirumah sebelah. Adapun aku, aku tak peduli. Datanglah yang ingin datang, walau petaka sekalipun. Penglihatanku yang seperti rabun terhadap hidup sirna lalu hilang, lenyap. Pada saat itulah sang nyamuk tiba, hampir bersamaan dengan semut-semut itu. Kalau para semut itu tiba tanpa suara, sang nyamuk datang dengan lagu-lagunya yang riang. Aku tak paham maksudnya, tapi nadanya riang dan bersemangat. Ia kadang hinggap di kepalaku, tanganku ataupun kakiku tetapi tak sekalipun ia singgah didepan hatiku. Akupun tak tahu. Kadang aku rasakan ia menggigitku, mencungkilku dan aku membiarkannya saja sama seperti terhadap yang lain. Ia sama saja dengan semut-semut itu, pikirku. Seperti biasanya aku tak bergeming, tapi kali ini lain sama sekali. Aku mencoba melihat semut-semut itu, aku mencari kemana-mana, dibawah ketiakku, ditelingaku, dimulutku, diselangkanganku, disakuku, bahkan diperutku juga. Aku tak melihat yang lain kecuali dua, dijari-jari besarku. Aku kaget, bahkan lagu-lagu para cicak itu tak kuperdulikan lagi. Aku dicekam rasa marah, aku merasa kehilangan, aku merindukan mereka tetapi mereka telah pergi.

Dan inilah akhirnya, semut yang dua itu tak lagi datang dan pergi. Mereka telah tinggal bersamaku. Kadang kuelus-elus kepala mereka dan kamipun tertawa-tawa. Sementara itu, sang nyamuk terlihat makin tambun. Ia tak pernah alpa bahkan kadang datang dengan kawannya yang lain. Mungkin kolega-koleganya, tetapi aku tak perduli padanya. Lagu-lagunya mulai memuakkan aku. Dan para cicak-cicak itu, aku kian akrab dengan mereka. Kadang aku turut bernyanyi bahkan menciptakan lagu-lagu baru. Diwaktu-waktu lainnya, semut yang dua itu juga ambil bagian, kuelus-elus kepala mereka dan kamipun tergelak-gelak dalam derai tawa.

Begitulah hari-hariku akhir-akhir ini, bahkan kubuat jerujiku sendiri; jeruji kami barangkali. Kadang aku teringat pada muda-mudi itu, pada para tukang ceramah itu, pada anak kecil haram jadah itu, juga pada Cioka. Air mata lalu menetes, mencuci hati yang terkoyak, membasuh tangan yang berdarah ini. Aku sudah tak mampu melihat apapun, bahkan apapun aku sudah tak mampu. Semua sudah menjadi gelap. Lalu semut yang dua itu dan para cicak mengangkat aku, kini dengan enteng. Tubuhku telah menjadi ringan. Ambillah, ambil saja semua juga kalian. Aku tak butuh apa-apa lagi untuk diriku. Kami, setelahnya berdendang dengan nada-nada yang tetap sama; lirih, dan nyinyir. - dream blog -